Home » Posts filed under Hasil penelusuran untuk Gereja Injili
Menandai 60 tahun Gereja Kristen Injili (GKI) di Papua dinodai dengan
kerusuhan di Manokwari kendati pihak Kepolisian telah berhasil
mengendalikan situasi pasca aksi massa berdarah 26 Oktober.
Dalam aksi massa itu seorang meninggal, sejumlah orang terluka,
termasuk Danramil. Pos polisi dirusak, enam sepeda motor dibakar dan ada
upaya massa untuk membakar sejumlah kantor.
Kronologi peristiwa berdarah itu masih belum jelas akibat adanya
berbagai versi. Satuharapan.com mendapatkan sejumlah data yang masih
memerlukan verifikasi.
Peristiwa itu terjadi pada 26 Oktober yang adalah hari libur resmi di
Tanah Papua, termasuk di Manokwari. Hari itu diperingati sebagai hari
lahirnya GKI di Tanah Papua 60 tahun silam – 26 Oktober 1956.
Namun, kata Yan Christian Warinussy, direktur LP3BH Manokwari, hari
bersejarah ini dinodai oleh peristiwa yang menyedihkan.
Awalnya adalah
ketika seorang anak muda bermarga Pauspaus asal Fakfak mengalami
tindakan kekerasan. Ia ditikam dengan pisau oleh dua orang pelaku yang
diduga berasal dari Sulawesi Selatan (Bugis Makassar) di seputaran
kawasan Sanggeng-Manokwari.
Akibatnya, sejumlah kerabat dan teman dari korban tidak terima dan
melakukan pemalangan jalan Yos Sudarso dengan cara membakar ban serta
melakukan tindakan hendak mencari sang pelaku penusukan/penikaman tadi.
Aparat kepolisian dari Polres Manokwari yang didukung oleh Brimob
Polda Papua Barat dan personel polisi Polda Papua Barat, dipimpin
langsung Kapolda Papua Barat, Brigjen Pol Royke Lumowa, langsung turun
mengamankan situasi.
Tapi, menurut Yan Christian, berdasarkan informasi dari warga sipil
di kawasan Sanggeng, aparat polisi kemudian melakukan tindakan menembak
secara membabi-buta hingga mengakibatkan jatuh korban di pihak warga
sipil Sanggeng.
Menurut informasi warga yang belum diverifikasi, terdapat 7 (tujuh)
korban luka tembak senjata api, salah satunya Ones Rumayom, 45, yang
kemudian meninggal. Selebihnya, Erik Inggabouw, 18, dan 5 (lima) orang
lain yang masih diidentifikasi identitasnya.
Mereka berenam saat ini
masih dirawat di Rumah Sakit Angkatan Laut (RSAL) Dr. Ashari – Biryosi,
Manokwari-Papua Barat.
Meninggal bukan karena tembakan
Sementara itu keterangan pihak Kepolisian Papua Barat mengatakan
bahwa berita yang beredar mengatakan korban penikaman ususnya terurai,
tidak benar. Luka yang benar adalah di punggung. Saat ini korban masih
dirawat di RS AL Manokwari.
Menurut polisi, peristiwa bermula dari korban, Vijay Pauspaus, makan
di warung kaki lima. Ia dikatakan membuat kekacauan dengan tidak
membayar dan merusak warung.
Pada perkembangannya ada kesanggupan dari korban untuk membayar tetapi sudah terlanjur terjadi kesalahpahaman.
Warga sekitar warung menegurnya, tetapi tidak digubris. Akhirnya terjadi perkelahian yang mengakibatkan luka tusuk pada korban.
Warga Sanggeng yang merupakan daerah asal korban, marah mendengar
kejadian itu lalu melakukan penyerangan terhadap polisi/patroli rayon.
Pos dirusak, enam sepeda motor dibakar. Massa pun dilaporkan mencoba
membakar kantor BRI dan bangunan di sekitarnya.
Kapolri Jenderal Tito Karnavian telah menginstruksikan jajarannya
untuk mencari pelaku penembakan. Dipastikan Tito pelaku penembakan akan
diproses jika terbukti melakukan pelanggaran hukum.
“Tentunya, termasuk proses penembakan tersebut oleh siapa, sesuai
prosedur atau tidak.
Kalau ada pelanggaran hukum kita akan proses, kalau
ada penegakan disiplin kita akan tegakan, kalau dia melakukan pembelaan
diri kan lain lagi,” kata Tito di Mabes Polri, Jakarta, Kamis (27/10),
seperti dilansir Satuharapan.com.
sumber : disini
[Continue reading...]
Pada bulan September 2013 lalu, misi Protestan di Cina genap berumur
206 tahun. Menurut perkiraan beberapa lembaga misi, jumlah umat Kristen
Protestan saat ini sudah mencapai sekitar 160 juta jiwa.
Berkembang 100
kali lipat lebih sejak tahun 1949. Jumlah ini masih akan bekembang tiga
kali lipat di generasi berikutnya.
Dua dekade lagi populasi Kristen
Protestan bisa mencapai 400 juta jiwa. Ini sungguh suatu mujizat dan
memperlihatkan bahwa di Cina saat ini sedang terjadi gelombang
kebangunan rohani yang besar.
Sedang terjadi perubahan transformatif
sebagai hasil salib. Ini adalah momentum emas, renesans Kristen untuk
Cina. Saat ini, Kristen Protestan merupakan agama yang paling cepat
pertumbuhannya di Cina.
Cina merupakan satu-satunya ladang misi yang
paling berbuah di dunia. Cina akan menjadi tulang punggung dan pusat
agama Kristen menggantikan AS dan Eropa. Hal ini karena semangat misi
orang Cina sangat kuat sekali
Kekristenan akan menjadi salah satu kekuatan besar pembentuk
kebudayaan Cina dan Asia.
Walaupun populasinya belum menjadi mayoritas,
akan tetapi dengan populasi 160 juta yang yang antusias bagi Kristus,
pengaruh gereja pada masyarakat Cina semakin besar dalam dunia politik,
budaya, bisnis, dan media.Mantan Presiden Cina, Hu Jintao pun mengakui
bahwa masa depan Cina akan sangat ditentukan oleh Kekristenan. Disamping
itu, perkembangan orang Cina Kristen di perantauan (luar negeri) juga
luar biasa.
Perkembangan jaringan komunitas-komunitas Cina di seluruh
dunia akan membuat kekristenan Cina memainkan peran global yang besar
dalam dinamika geopolitik dan demografis dunia.
Jaringan Cina Kristen
akan menjadi komando dan penggerak ekspansi misi global.
Revolusi Kebudayaan telah mengecewakan masyarakat Cina.Indoktrinasi
(cuci otak) ajaran komunisme/atheisme yang materialistis telah membuat
orang Cina menjadi sangat egoistis, korup dan asusila.
Ajaran Komunis
telah membuat orang Cina “kehilangan jiwanya”. Sehingga kondisi ini juga
membuat mereka sangat haus akan hal-hal rohani. Selama 200 tahun lebih
kekristenan menyesuaikan diri dengan realitas masyarakat setempat.
Dengan banyaknya pemimpin-pemimpin pribumi, literatur Kristen yang
kontekstual, pertumbuhan gereja yang cepat/dramatis, distribusi
geografis, banyaknya jumlah orang Kristen, pengaruh sosial, perkembangan
kemandiriannya dan status resminya, -saat ini agama Kristen tidak lagi
dipandang sebagai agama yang diimpor dari Barat, tetapi sebagai agama
orang Cina.
Saat ini kalau di Barat kekristenan sudah diasosiasikan
sebagai agama tradisional, sebaliknya di Cina kekristenan dianggap
sebagai agama modern, bisnis dan sains.
Dekadensi moral, keserakahan dan korupsi sedang merajalela di Cina.
Orang Cina dan banyak orang dalam pemerintahan, bahkan ilmuwan-ilmuwan
sosial percaya bahwa nilai-nilai Kekristenan merupakan sumber, harapan
dan solusi terbaik untuk membangun moralitas masyarakat.
Pemimpin-pemimpin pemerintah Cina sadar bahwa mereka memerlukan etos
kerja yang kuat, kasih akan sesama, disiplin diri dan kepercayaan
(integritas) sebagai mesin akselerator dan dinamisator pertumbuhan
ekonomi bangsa agar bisa booming terus.
Pemerintah Cina
melihat bahwa kekristenan Protestanlah yang paling berjasa dalam
memajukan sistim pendidikan dan kebudayaan Cina modern, melalui
institusi-institusi pendidikan dan sosial yang mereka bangun.
Moralitas
Kristen diperlukan untuk menjamin stabilitas sosial dan pertumbuhan
ekonomi Cina. Jadi mereka melihat bahwa sama seperti kesuksesan Eropa
Barat dan Amerika Serikat karena ditopang kekristenan, Cina pun juga
akan maju apabila ditopang oleh fondasi kekristenan yang kuat.
Kemunduran ekonomi AS dan Eropa, di mata orang Cina Kristen
disebabkan karena kemerosotan iman orang Kristen dan sekularisme.
Karena
itu, orang Cina berharap dengan memeluk Kristen dan belajar dari sukses
masa lalu dan kegagalan AS dan Eropa saat ini, mereka akan bisa lebih
makmur di masa yang akan datang.
Mereka percaya Cina akan bisa menjadi
lebih hebat kalau dibangun diatas Kristus dan kekristenan yang Injili.
Walaupun kebebasan beragama saat ini dijamin konstitusi, namun lebih
banyak umat Kristen lebih senang bergabung dengan Gereja/Persekutuan
bawah tanah, karena lebih bebas kotbah dan ibadahnya, lebih mandiri dan
tidak diawasi oleh Partai Komunis.
Partai Komunis memang membiarkan
kekristenan berkembang lagi, karena mempertimbangkan faktor manfaat
ekonomis dan sosialnya, namun mereka masih ingin mengawasi dan
mengontrol orang-orang Kristen, dengan menentukan tempat dan jadwal
ibadah dan apa isi kotbahnya.
Gereja-gereja rumah (bawah tanah) Protestan sebenarnya tetap
ditolerir asal mereka menghindari konfrontasi dengan pemerintah dan
jemaat mereka tidak lebih dari 25 orang (Karena kalau berkumpul lebih
dari 25 orang harus mendapat izin dari pemerintah).
Partai Komunis
mengatur agar Gereja rumah tetap kecil supaya mereka tidak berkembang
sehingga bisa membahayakan kekuasaan partai lokal.
Akan tetapi, justru
kebijakan pemerintah Komunis ini yang membuat gereja-gereja rumah
semakin bertumbah bak jamur di musim hujan. Karena begitu berkembang,
mereka akan membuka cabang-cabang baru.
Partai Komunis sadar, kalau mereka terlalu menekan kekristenan akan
timbul perlawanan terorganisir. Akan tetapi kalau terlalu bebas bisa
mempengaruhi kepemimpinan mereka.
Mereka sadar bahwa Gereja sangat
berperan dalam peristiwa-peristiwa yang mendorong pada keruntuhan Tembok
Berlin dan kemajuan demokrasi di Eropa Timur.
Mereka sadar bahwa
usaha-usaha untuk menjatuhkan komunisme di Uni Soviet sebagian besar
dilakukan oleh orang-orang Krsiten. Pemerintah Cina juga tahu bahwa 30%
orang yang terlibat dalam aksi demonstrasi pemberontakan Tiananmen pada
tahun 1989 adalah aktifis-aktifis Kristen.
Di Cina, ada satu Gereja yang memiliki 100.000 cabang, -rata-rata 1
gereja memiliki 50 orang. Maka jumlah anggota gereja ini 5 juta orang
lebih.
Meskipun mengalami perkembangan yang pesat, tetapi kualitas,
pelayanan dan kekuatan orang Kristen di Cina masih kurang. Masih harus
belajar dari Korea Selatan, misalnya.
Salah satu problem Gereja di Cina
saat ini adalah minimnya pemimpin yang terdidik dan terlatih secara
akademis (khususnya di Gereja-gereja bawah tanah).
Puji Tuhan, sudah
mulai banyak yayasan-yayasan dan seminari yang berjuang untuk
mempersiapkan calon-calon pemimpin gereja yang berkualitas.
Gereja-gereja bawah tanah merupakan tempat beribadah satu-satunya selama penganiayaan pada masa Revolusi Kebudayaan.
Gereja Cina saat ini merupakan cermin masyarakat Cina saat ini,
sedang mengalami transformasi yang begitu cepat dan besar. Ada lima tren
yang akan membuat Gereja Cina terlibat dalam misi dunia, yaitu
Pertama,
Urbanisasi. Pada saat Mao Zedong mati, 79 % orang Cina adalah petani.
Tetapi pada tahun 2015 nanti lebih dari separuh penduduk Cina akan
tinggal di kota-kota besar.
Dengan terjadinya perubahan dalam lingkungan
sosial, gereja gereja desa akan menjadi semakin modern, mempromosikan
hubungan antara desa-desa petani dan kota-kota besar.
Banyak pekerja
migran yang tertarik kepada kekristenan dan bergabung dengan
gereja-gereja rumah. Pekerja migran biasanya merupakan korban
diskriminasi dan dianggap warga Negara kelas dua.
Di gereja rumah mereka
sangat disambut.
Kedua,
Berkembangnya Kelas Menengah.
Mayoritas orang Cina saat ini adalah kelas menengah, yang tidak bekerja
lagi secara manual, tetapi lebih kepada kemampuan otak. Jumlah pengguna
handphone dan internet terbanyak di dunia adalah orang Cina.
Ini
membuat mereka semakin terbuka kepada dunia luar dan Injil. Gereja di
Cina saat ini penuh oleh kalangan kelas menengah dan kerah putih.
Ketiga,
Ledakan penduduk dan pertumbuhan ekonomi. Tuhan pasti sangat mengasihi
Cina, sehingga Dia menciptakan begitu banyak orang Cina.
Setiap minggu
ada 3 juta orang lahir di Cina. Cina saat ini sangat aktif berinvestasi
di Afrika, Timur Tengah dan Asia Tenggara.
Bahkan ekonomi Eropa saat ini
bergantung pada bantuan Cina.
Keempat,
Kebangunan
rohani. Meskipun Cina tidak punya pendeta-pendeta kebangunan rohani
Protestan yang besar-besar seperti Jonathan Edward, Charles Spurgeon,
George Whitefield dan Wesley bersaudara, Cina saat ini sedang mengalami
gelombang kebangunan rohani yang massif.
Kelima,
orang
Cina memiliki semangat berpetualang ke seluruh dunia, seperti AS dan
Inggris dulu, yang mempunyai jiwa untuk mengubah dan menaklukkan dunia.
Sekarang adalah giliran Cina.
Ada banyak pengusaha Cina Kristen,
khususnya dari Wenzhou, yang dikenal sebagai “Yerusalem”nya Cina, yang
aktif mendukung pembangunan gereja lokal secara finansial.
Mereka
membangun gereja-gereja besar dan ini membuat pertumbuhan orang Kristen
semakin cepat. Kelima faktor/tren itu yang juga membuat AS dan Inggris
berkontribusi pada misi dunia dulu.
Gereja di Cina saat ini sedang mempersiapkan diri untuk terlibat
aktif dalam transformasi misi dunia dan menjadi kekuatan misi terbesar
di dunia.
Mereka begitu antusias memberitakan Injil dan ingin membangun
masyarakat Cina dengan nilai-nilai Injil. Karena mereka sangat yakin
Injil membawa kemerdekaan, pembebasan dan kesejahteraan.
sumber : diswini
[Continue reading...]