Sekitar selusin gereja ilegal yang terletak di Wenling, Provinsi Zhejiang, Tiongkok, akan segera dihancurkan sebelum 1 September mendatang guna “mempercantik” kota.
Seperti dilansir Global Times, total ada 15 gereja yang
diminta segera dihancurkan atau dikosongkan. Pemerintah memberi mereka
waktu 15 hari untuk melakukannya, seperti tertulis dalam surat
pemberitahuan dari Biro Sumberdaya Lahan yang dimuat Wenling Daily, 15 Agustus lalu.
Pemerintah mengatakan, beberapa gereja itu akan dihancurkan secara
total, termasuk gereja empat lantai di desa Baishanjie. Sementara itu,
ada beberapa gereja yang hanya akan dihancurkan sebagian, seperti
asramanya atau gudangnya saja.
Pemerintah menambahkan bahwa sebelumnya mereka telah memerintahkan
agar gereja-gereja itu segera merobohkan bangunan ilegal mereka, tapi
para pengelola ataupun pemiliknya menolak untuk melakukan hal tersebut.
Tujuan penghancuran gereja-gereja itu, menurut pemerintah, adalah
untuk “mempercantik” kota. Banyak gereja yang sudah dirobohkan dan lebih dari 1.200 salib telah dicopot dari berbagai bangunan.
Sebelumnya pemerintah Tiongkok mengeluarkan peraturan larangan gereja memasang salib, larangan ini berlaku
pula untuk gereja Protestan dan Katolik. Pemerintah menghimbau
masyarakat agar tidak ada simbol agama yang tampil lebih menonjol di
negara tersebut.
Sejak awal 2014, petugas Provinsi Zhejiang telah merubuhkan banyak
salib di lebih dari 400 gereja. Tindakan pemerintah provinsi itu kadang
menimbulkan bentrok dengan jemaat. Petugas kemudian mengatakan, salib
melanggar peraturan pembangunan.
Pada Maret lalu, seorang pendeta yang menentang kebijakan pemerintah
divonis penjara selama setahun atas tuduhan “mengumpulkan orang untuk
mengganggu ketertiban sosial”. Para pendukungnya mengecam keputusan yang
mereka klaim telah dimanipulasi itu.
Sejak tahun 1980-an, setelah Beijing melonggarkan kendali atas agama,
Kristen berkembang pesat. Angka resmi menunjukkan umat Kristiani di
Tiongkok mencapai 23 juta, namun penghitungan independen menyatakan
jumlahnya mencapai 100 juta.
Agustus lalu, para pastor dan pendeta dipanggil ke Beijing, diwanti-wanti agar keyakinan Kristen harus "beradaptasi dengan Tiongkok" dan bebas dari pengaruh asing, cara halus Beijing untuk mengatakan bahwa agama harus tunduk pada Partai Komunis.
Pengekangan tidak hanya dilakukan Tiongkok terhadap pemeluk Kristen. Umat Islam di Xinjiang contohnya, dilarang berpuasa di bulan Ramadhan dan memperlihatkan identitas keislaman seperti berjilbab dan memanjangkan jenggot.
Agustus lalu, para pastor dan pendeta dipanggil ke Beijing, diwanti-wanti agar keyakinan Kristen harus "beradaptasi dengan Tiongkok" dan bebas dari pengaruh asing, cara halus Beijing untuk mengatakan bahwa agama harus tunduk pada Partai Komunis.
Pengekangan tidak hanya dilakukan Tiongkok terhadap pemeluk Kristen. Umat Islam di Xinjiang contohnya, dilarang berpuasa di bulan Ramadhan dan memperlihatkan identitas keislaman seperti berjilbab dan memanjangkan jenggot.
0 komentar:
Posting Komentar