BEIJING – Pemerintah Tiongkok, membuat peraturan baru yang menuai kontroversi. Baru-baru ini pemerintah mengeluarkan larangan bagi tempat peribadatan untuk memasang simbol keagamaan.
Dilaporkan CBS News, Jumat (8/5/2015), larangan ini berlaku
pula untuk gereja Protestan dan Katolik. Pemerintah menghimbau
masyarakat agar tidak ada simbol agama yang tampil lebih menonjol di
negara tersebut.
Sejak awal 2014, petugas Provinsi Zhejiang telah merubuhkan banyak
salib di lebih dari 400 gereja. Tindakan pemerintah provinsi itu kadang
menimbulkan bentrok dengan jemaat. Petugas kemudian mengatakan, salib
melanggar peraturan pembangunan.
Seorang arsitek dari Institut Desain Arsitektur Provinsi Zhejiang
mengatakan salib yang berada di atas atap bangunan tidak diizinkan,
karena dianggap kurang aman dalam peraturan tata kota. Bila ingin
memasang salib, harus di bangunan, bukan di atap, serta tidak melebihi
10% muka gedung.
Seorang anggota organisasi gereja mengatakan peraturan ini hanya
akal-akalan memberangus tanda salib. Organisasi gereja menilai, pesatnya
pertumbuhan kelompok Kristen membuat Partai Komunis Tiongkok
ketar-ketir.
“Pihak berwenang telah mengambil simbol penting agama ini. Dan ini
berarti tidak ada manifestasi yang menonjol dari agama Kristen di ruang
publik,” ujar seorang pendeta Tiongkok yang sekarang tinggal di Amerika
Serikat, Zheng Leguo.
Sejak tahun 1980-an, setelah Beijing melonggarkan kendali atas agama,
Kristen berkembang pesat. Angka resmi menunjukkan umat Kristiani di
Tiongkok mencapai 23 juta, namun penghitungan independen menyatakan
jumlahnya mencapai 100 juta.
Agustus lalu, para pastor dan pendeta dipanggil ke Beijing, diwanti-wanti agar keyakinan Kristen harus "beradaptasi dengan Tiongkok" dan bebas dari pengaruh asing, cara halus Beijing untuk mengatakan bahwa agama harus tunduk pada Partai Komunis.
Pengekangan tidak hanya dilakukan Tiongkok terhadap pemeluk Kristen. Umat Islam di Xinjiang contohnya, dilarang berpuasa di bulan Ramadhan dan memperlihatkan identitas keislaman seperti berjilbab dan memanjangkan jenggot.
Agustus lalu, para pastor dan pendeta dipanggil ke Beijing, diwanti-wanti agar keyakinan Kristen harus "beradaptasi dengan Tiongkok" dan bebas dari pengaruh asing, cara halus Beijing untuk mengatakan bahwa agama harus tunduk pada Partai Komunis.
Pengekangan tidak hanya dilakukan Tiongkok terhadap pemeluk Kristen. Umat Islam di Xinjiang contohnya, dilarang berpuasa di bulan Ramadhan dan memperlihatkan identitas keislaman seperti berjilbab dan memanjangkan jenggot.
Sumber :
disini
0 komentar:
Posting Komentar