Sekurangnya empat anggota jemaat terluka parah dalam sebuah insiden
di Gereja Keselamatan Shuitou di Distrik Pingyang, Kota Wenzhou,
Provinsi Zhejiang, Tiongkok. Dua di antaranya telah dirujuk ke rumah
sakit provinsi, demikian dilaporkan Persecution.org (21/7).
Sekitar 400 anggota polisi mencoba menurunkan salib gereja, yang pada
hari peristiwa itu, 21 Juli, telah dijaga jemaat selama 32 hari.
Selama satu jam pihak kepolisian menggunakan tongkat besi untuk
membubarkan jemaat, namun tidak berhasil.
Sekitar 1000 anggota jemaat
telah membentuk blokade manusia untuk melindungi gereja dari
pembongkaran paksa pihak pemerintah.
Menurut laporan itu lebih dari 360 gereja telah mengalami
pembongkaran, baik sebagian maupun keseluruhan, dalam operasi
pemerintah yang disebut “pembongkaran atau penertiban bangunan ilegal”
di Provinsi Zhejiang yang terus berlanjut.
Pendeta Gereja Keselamatan Zhan Yingsheng telah mengirimkan surat pengunduran diri dari posisinya kepada Gereja Protestan Cina (Three Self-Patriotic Movement) dan menuliskan surat wasiatnya setelah mempersiapkan diri untuk menjadi seorang martir.
Surat Pdt. Zhan Yingsheng berikut ini diterjemahkan dari terjemahan bahasa Inggris yang dimuat
ChinaAid.org:
Nama saya Zhan Yingsheng, dan
saya seorang dari etnis Han. Saya lahir pada tanggal 16 Juni 1971. Saya
seorang Kristen dan seorang mahasiswa jurusan Alkitab di Sekolah Teologi
Zhejiang. Pikiran saya masih sangat jernih ketika menuliskan hal
berikut ini. Ketika Anda membacanya, Anda beruntung menjadi salah satu
saksi.
Pertama-tama, saya ingin menyatakan bahwa
apa yang saya lakukan sekarang adalah bukan untuk membuat pertunjukan
atau mencoba untuk mendapatkan pemberitaan.
Sebaliknya, saya
melakukannya karena tidak ada pilihan lain. Namun, untuk teman-teman dan
kerabat saya, yakinlah bahwa karena keyakinan Kristen saya, saya tidak
akan memilih bunuh diri.
Jika di hari-hari ini Anda mendengar bahwa saya
telah dipanggil ke surga, itu mungkin berarti saya cukup beruntung
untuk bergabung dengan barisan para martir (Rasul Yesus yaitu Paulus
mengingatkan kita bahwa ada bersama Kristus adalah jauh lebih baik).
Alasan yang paling penting untuk ini
adalah bahwa saya telah melihat saudara-saudari dari gereja-gereja di
berbagai bagian provinsi Zhejiang menjadi panik di tengah-tengah badai
pembongkaran ilegal terhadap salib-salib [yang dilakukan] oleh beberapa
instansi pemerintah.
Untuk berpegang pada iman mereka, saudara-saudari
[umat Kristen] menjaga salib mereka, yang bukan bangunan ilegal.
Mereka
telah menjaga salib-salib itu selama lebih dari 20 hari di berbagai
gereja, dan untuk sebagian orang sampai sudah lebih dari satu bulan.
Banyak saudara-saudari ini bekerja di perusahaan besar, real estate
dan beberapa dari mereka mencari nafkah dengan menjaga sebuah toko
kecil, dan mereka menjaga salib-salib ini lepas dari ancaman
terang-terangan yang datang dari pejabat pemerintah.
Di Cina, negara yang seharusnya berada di
bawah aturan hukum, beberapa pejabat pemerintah menempatkan kehendak
mereka di atas hukum.
Sementara itu, bawahan mereka, dalam rangka untuk
mendapatkan promosi untuk “kinerja” mereka, telah mengabaikan hukum dan
disiplin, dan menginjak-injak iman Kristen.
Mereka bersaing satu sama
lain dalam jumlah dan kecepatan penghancuran [gereja-gereja] sehingga
mereka dapat memenangkan hadiah.
Setiap kali saya melihat ini, hati saya
berdarah. Itulah mengapa saya telah memutuskan hari ini untuk pergi
tinggal di menara jam di bawah salib gereja untuk berdoa dan berpuasa
dengan Alkitab dan buku nyanyian saya.
Pemerintah daerah memiliki tujuan utama
menghancurkan, dengan paksa, Gereja Keselamatan.
Mereka telah memberikan
ancaman mereka kepada rekan kerja gereja melalui berbagai tingkat dan
departemen.
Jika kami menjaga gereja terhadap pembongkaran dengan
segala upaya kami, pada akhirnya akan lebih buruk dari Gereja Sanjiang.
(Saya mengerti betul bahwa jika [mereka] tidak melakukan hal ini, posisi
mereka akan terancam). Menghadapi musuh yang kuat demikian ini, baik
rekan kerja maupun saya tidak merasa yakin bahwa kami bisa mencegah
pembongkaran terhadap salib gereja.
Bagi saya sendiri, saya mohon kepada
Tuhan untuk memberikan saya kehendak seorang martir.
Saya akan
membutuhkannya terutama ketika pembongkaran salib gereja kami.
Saya
tidak bermaksud untuk menjadi martir bagi sebuah salib seberat 6-ton.
Sebaliknya, sebagai seorang Kristen menghadapi ketidak-adilan, hati
nurani saya mendesak saya untuk melakukan tugas saya.
Saya ingin lebih
memahami arti dari “Kristus memanggil saya untuk mati bagi-Nya.”
Jika
kemartiran atau kesengsaraan beberapa orang Kristen dapat membuat badai
operasi pembongkaran ini reda dan semangat penegakan hukum menjadi
kenyataan di berbagai bidang negara kita, semoga Tuhan mendukung saya
dengan kokoh!
Adalah benar-benar sulit untuk memilih.
Pertama-tama, saya memikirkan istri saya yang membawa saya menjadi
percaya kepada Tuhan.
Pada tahun yang sama, 1992, saya mengenalnya dan
membaktikan diri kepada Tuhan. Dua puluh dua tahun telah berlalu dalam
sekejap mata. Selain Tuhan Yesus yang mati di kayu salib bagi saya,
orang yang kepadanya saya sangat berutang adalah dia.
Bersama-sama, kami
berdua bekerja keras, dan kami akhirnya memiliki rumah di Jl. 152 N.
Shanglin yang kami masih miliki sampai sekarang. Bersama-sama, kami
membesarkan seorang putri, yang kini kelas dua sekolah menengah.
Awalnya, kami berdua terlibat dalam bisnis pakaian. Pada tahun 2005,
Tuhan memindahkan saya dan memanggil saya untuk melayani penuh waktu di
Gereja Keselamatan Shuitou.
Mulai dari tahun 2007, saya mulai melengkapi
diri dan sebagian besar waktu saya belajar di mana-mana, dan semua
pekerjaan rumah tangga dilakukan oleh dia.
Sayangku, jika aku pergi meninggalkanmu,
kau harus membesarkan puteri kita sendirian.
Jika Allah mempersiapkan
bagimu seorang suami dalam Kristus, ingat kau harus mematuhi-Nya dan
menjalani kehidupan yang baik dengan mengandalkan Tuhan.
Ayah dan ibu
saya belum Kristen, dan mereka adalah beban terbesar saya. Setelah lulus
dari sekolah menengah, aku berada jauh dari rumah selama bertahun-tahun
dan tidak melakukan kewajiban sebagai anak mereka.
Saya ingin
kau mengunjungi mereka dari waktu ke waktu ketika kau punya waktu
setelah berdoa.
Yilin, karena ini adalah pertama kalinya
saya menjadi seorang ayah, saya tidak punya banyak pengalaman.
Ketika
kau bertumbuh besar, saya gagal untuk memberikan cukup banyak waktu
untuk membimbingmu.
Meskipun [papa] mendisiplinkan kamu karena sayang,
[papa] tidak memiliki metode yang benar.
Dan kadang-kadang, [papa]
memukul dan memarahimu karena amarah. Hatimu tentu terluka. [Papa] harap
kau bisa secara bertahap memahami [papa].
Anakku sayang, mengingat
kondisi saat ini, kau harus belajar keras di usiamu sehingga kau dapat
beroleh kesempatan yang lebih baik dalam menemukan pijakan di masyarakat
dan kau akan memiliki kesempatan yang lebih baik dalam bersaksi bagi
Yesus.
Jika [papa] tidak bisa lagi memberikan arahan di masa mendatang,
harap ingat disiplin diri.
Hidup ini sangat sulit bagi Ibu, dan
kecerdasan emosionalmu seharusnyalah sangat tinggi. [Papa] yakin
kau akan melakukan tugas baktimu dengan baik karena [papa] memiliki
kepercayaan dalam dirimu. Jangan mengeluh tentang Tuhan.
Dia siap untuk
membantumu, dan kau harus ingat untuk mencari pertolongan-Nya kapanpun
kau membutuhkan Dia.
Rekan-rekan sekerja yang saya kasihi, di
tengah-tengah situasi buruk saat ini, ingatlah kalian harus bersatu
dalam Tuhan sebagai satu kesatuan, saling mengasihi satu dengan yang
lain, dan membantu orang-orang yang membutuhkan.
Jangan jatuh ke dalam
perangkap setan dengan saling menyerang satu sama lain. Sebaliknya,
cobalah untuk saling memaafkan dan saling memahami dalam kasih salib.
(Kasih ini lebih dari apa yang bisa kita pahami dalam keadaan biasa).
Kerabat dan teman-teman yang saya kasihi,
syukur kepada Tuhan bahwa kalian semua ada dalam hidup saya;
kalian telah membawa begitu banyak hal yang indah dalam hidup saya, yang
tanpa itu akan hambar dan sepi adanya.
Digerakkan oleh Tuhan, saya
mulai menulis kemarin sore. Sampai saat ini ketika saya masih menulis,
saya sudah mati. Kerabat dan teman-teman yang mengenal saya tahu bahwa
saya seorang pria takut mati, dan saya hidup dalam ketidak-beranian dan
saya tidak memiliki pendapat saya sendiri.
Meskipun “hal yang paling
sulit dalam hidup adalah kematian,” cinta yang mengalir dari darah di
kayu salib Yesus lebih kuat daripada kematian. Terima kasih Tuhan untuk
menguatkan saya dengan cinta ini!
Saya berharap bahwa dalam kerajaan
yang mulia saya akan dapat melihat kalian semua. Ingatlah bahwa Yesus
mengasihi kalian dan juga saya. Semoga Allah meberkati kalian semua!
Hamba Allah yang rendah: Zhan Yingsheng
Selesai menulis di Gereja Keselamatan, 17 Juli 2014.
——-
Sebagai bentuk doa dan solidaritas bagi umat Kristen di Provinsi
Zhejiang pada khususnya dan di negara Tiongkok pada umumnya, umat
Kristen Indonesia dapat menyampaikan keprihatinannya melalui perwakilan
negara Tiongkok di Indonesia:
Konsulat Tiongkok di Surabaya:
Alamat : Jl. Mayjend. Soengkono No. 105 Surabaya
Telp. (031) 5675825
Fax. (031) 5674667
Email: chinaconsul_sur@mfa.gov.cn
Harap menyampaikan bentuk keprihatinan secara santun dan langsung
pada pokok permasalahan. Untuk pengiriman email, dapat menggunakan
format berikut ini:
[alamat email penerima] chinaconsul_sur@mfa.gov.cn
[subject/judul] Pembongkaran gereja di Provinsi Zhejiang
[isi email]
Yth., Konsulat Jendral Tiongkok
Jl. Mayjend. Soengkono No. 105 Surabaya
Dengan hormat,
Setelah mempelajari perkembangan umat Kristen di Provinsi Zhejiang
saya menyampaikan keprihatinan ini kepada Anda untuk maksud supaya
diteruskan kepada pemerintah di negara Tiongkok, bahwa kebebasan
beragama merupakan hak asasi manusia dan pemerintah perlu menjaga
hak-hak itu bagi warga negaranya.
Saya memohon dengan sangat supaya pemerintah Tiongkok, c.q.,
pemerintah daerah di Provinsi Zhejiang, untuk menghentikan pembongkaran
gereja dan penurunan salib-salib yang menyinggung perasaan umat Kristen,
tidak hanya di Tiongkok tapi juga di negara-negara lainnya.
Atas perhatiannya saya sampaikan terima kasih.
Hormat saya,
[nama]
sumber : disini