Menampilkan postingan yang diurutkan menurut tanggal untuk kueri Di Indonesia. Urutkan menurut relevansi Tampilkan semua postingan
Menampilkan postingan yang diurutkan menurut tanggal untuk kueri Di Indonesia. Urutkan menurut relevansi Tampilkan semua postingan

Selasa, 25 Oktober 2016

Hidayah mengenai Toleransi yang di dapet dari Kehidupan Umat Katolik di Flores

- 0 komentar

Saat aku masih kecil sering diceritakan oleh Ibuku tentang Indonesia yang beraneka ragam, baik bahasa, suku, agama dan warna kulit, oleh Ibuku sering disebut Bhinneka Tunggal Ika. 

Ibuku suka sekali bercerita, tentang sejarah, legenda dan tokoh-tokoh dunia, tapi yang paling aku sukai saat Ibu bercerita tentang agama. 

Bukan tentang surga atau neraka seperti yang sering disampaikan oleh guru agamaku di sekolah.

Tentang agama, Ibuku sering bercerita tentang kisah pengorbanan Yesus dan kelembutan hatinya, tentang dewa-dewa umat Hindu, kisah pencerahan sang Buddha, dan juga tentang akhlak nabi Muhammad yang sangat beliau kagumi. 


Kata Ibuku kala itu, semua agama mengajarkan kebaikan dan penuh kedamaian.

Saat aku duduk di kelas dua SD aku pernah bertanya kepada Ibu, “Bu, apakah orang Budha, Katolik, dan Hindu akan masuk surga?” Dijawab oleh Ibuku bahwa mereka semua juga akan masuk surga. 

Sayangnya jawaban seperti yang disampaikan oleh Ibuku tidak akan aku dapatkan lagi dalam ruang-ruang keluarga di Indonesia saat ini.

Saling curiga, sesat menyesatkan, mengkafirkan orang lain dan klaim agama yang paling benar lebih mendominasi kehidupan beragama kita hari ini. Andai Ibuku masih hidup tentu beliau akan bersedih.

Oh ya ada baiknya aku ceritakan terlebih dahulu latar belakang keluargaku. Ibuku dilahirkan dari keluarga dengan pemahaman agama yang sangat konservatif, keluarga Ibuku adalah pengikut organisasi keagamaan Lemkari atau yang saat ini dikenal dengan nama LDII (Lembaga Dakwah Islam Indonesia). Organisasi ini dianggap sesat oleh sebagian kalangan umat Islam di Indonesia.

Sedangkan Bapakku seorang abangan tulen, beliau tidak akrab dengan ritual keagamaan. Tempat tinggal kami, merupakan basis Islam yang kaya akan tradisi keagamaannya, ada dua pesantren NU di dekat rumah kami. Aku tumbuh dengan warna-warni perbedaan.

Walaupun dibesarkan dalam keluarga konservatif, soal agama Ibuku sangat moderat. Kata Ibuku, perbedaan bukan menjadi sebuah halangan, termasuk dalam keyakinan beragama. Soal perbedaan keyakinan ini Ibu pernah bercerita tentang salah satu adik perempuannya yang menikah dengan orang yang beragama Katolik. Perbedaan keyakinan yang menjadi pertentangan keluarga saat itu, kata Ibuku bisa didamaikan dengan dialog terus menerus.

Soal pandangan politik, antara Ibu dengan Bapak juga bagai minyak dengan air, tidak akan bersatu. Sebagai seorang PNS saat Orde Baru berkuasa, Ibuku adalah kader Golkar. Suka atau tidak suka seluruh keluarga juga diwajibkan memilih Golkar. Tapi itu tidak berlaku buat Bapakku, beliau tidak sudi memilih Golkar.

Selama Orde Baru, beliau memilih golput. Tentang beda pilihan politik ini, Ibuku juga tidak pernah mempermasalahkannya walaupun risikonya sangat besar saat itu.

Di kemudian hari baru aku mengerti kenapa Bapak tidak sudi memilih Golkar dan memilih golput, buku Di Bawah Asap Pabrik Gula yang ditulis Hiroyosi Kano dan Frans Husken yang diterbitkan oleh Universitas Gadja Mada, membukakan mataku akan sejarah kelam dari keluarga Bapak.

Buku yang membahas hasil penelitian tentang masyarakat pesisir Jawa sepanjang abad 20 ini, salah satu babnya membahas konflik politik setelah tragedi 65. Diceritakan dalam bab tersebut bagaimana keluarga Bapak dibantai oleh gerombolan tentara dengan tuduhan sebagai antek PKI.

Menghargai perbedaan memang tidak mudah, baik agama maupun pandangan politik. Perbedaan agama misalnya seringkali menjadi sumbu pertikaian yang setiap saat bisa terbakar. Pun demikian soal tragedi 65, rekonsiliasi belum menjadi pilihan terbaik untuk mengakhiri konflik yang melelahkan anak bangsa ini. Untuk kedua masalah tersebut kedua orang tuaku lebih memilih jalan dialog untuk merangkul perbedaan.

Apakah dengan latar belakang keluargaku yang penuh perbedaan sudah cukup untuk mengenalkan aku tentang toleransi? Tentu saja tidak cukup. Pengalaman tinggal di Maumere Flores selama hampir lima tahun yang kemudian ‘mengkhatamkan’ aku tentang toleransi, ini pengalaman paling pribadi dan akan aku ceritakan dalam tulisan ini.

Tahun 2010 aku mendapatkan tugas untuk bekerja di Pulau Flores, tepatnya di Kabupaten Sikka. Aku tinggal di sebuah desa di pesisir utara 30 kilometer dari kota Maumere, Desa Reroroja namanya. Di Desa ini mayoritas penduduknya beragama Katolik, hanya sedikit saja yang muslim, biasanya pendatang dan orang dari suku Bajo.

Di desa ini orang Katolik dan Muslim hidup damai dalam perbedaan, tidak ada sejarah konflik antara keduanya. Dari tempat inilah aku mulai belajar tentang toleransi yang sesungguhnya.

Awalnya kekhawatiran tidak bisa diterima karena aku seorang muslim sempat terlintas dalam pikiranku, tapi semuanya sirna saat aku bertemu dengan mereka, keramahan dan kehangatan mereka begitu tulus menyambutku. Begitu pun ketika mereka tahu kalau aku seorang muslim mereka sangat menghormatiku. Misalnya saat aku berkunjung ke rumah-rumah mereka, tanpa diminta mereka selalu menyediakan tempat untuk salat.

Untuk tempat salat ini kadang aku sampai tidak enak sendiri, mereka memberikan alas kain tenun terbaik mereka untuk dijadikan sajadah padahal lantai rumahnya masih tanah.

Untuk makan pun mereka sangat hati-hati, mereka tahu kalau seorang muslim tidak makan daging babi dan anjing. Saat aku diundang ke acara pesta nikah atau acara sambut baru, menu khusus telah mereka siapkan berupa ayam dan ikan.

Biasanya sebelum ayam dimasak mereka mengundangku terlebih dahulu untuk menyembelih sendiri ayamnya. Tidak hanya dalam pesta, di hari-hari biasa pun saat mereka mengundangku makan bersama, mereka tidak akan menyediakan makanan yang dilarang oleh agamaku.

Saat acara makan bersama, yang paling aku sukai adalah saat mereka membaca doa, doanya, “Tuhan yang maha baik, terima kasih atas makanan yang telah Engkau sediakan ini, berkatilah makanan ini supaya menjadi sumber kesehatan bagi kami, berkatilah mereka yang telah menyiapkan makanan ini untuk kami, dan berkatilah pula orang-orang di luar sana yang masih kelaparan atau yang belum dapat menikmati makanan seperti ini, Terima kasih Tuhan, amin.

Jujur ketika pertama kali mendengar doa tersebut aku sampai menitikkan air mata, bukan karena kehangatan mereka dalam menjamuku, tapi karena ditengah kemiskinan yang mereka alami mereka masih mendoakan orang-orang yang kelaparan, yang belum bisa menikmati makanan seperti yang kami makan saat itu.

Acara makan bersama menjadi tempat kami untuk saling berbagi, tidak hanya makanan dan kebahagiaan tetapi juga berbagi doa, tanpa ragu mereka mempersilahkan aku untuk memimpin doa secara bergantian, tentu saja doa sesuai dengan keyakinanku.

Satu lagi peristiwa yang membuat aku menyakini bahwa toleransi tidak mengenal sekat-sekat keyakinan, saat salah satu tetanggaku meninggal dunia, namanya Mama Tini. Beliau seorang muslim yang dihormati di kalangan orang Bajo. Saat penguburan dilakukan beliau didoakan dalam doa dua agama, Islam dan Katolik. Tidak ada penolakan dari keluarga saat perwakilan tokoh agama Katolik memimpin doa dan memberikan khotbah penutup kepada almarhum.

Pengalaman tentang toleransi kemudian banyak aku dapatkan tidak hanya di Maumere, tetapi juga di daerah-daerah lain di Pulau Flores. Di Larantuka aku banyak belajar pada acara perayaan Semana Santa, di mana orang muslim membaur dengan orang Katolik untuk merayakan bersama pekan suci menyambut Paskah. Di Lembata, temanku yang Katolik rela bangun tengah malam hanya untuk menyiapkan makan sahur saat di bulan puasa.

Di Ende banyak aku temui dalam satu keluarga ada yang beragama Islam dan Katholik. Mereka begitu tulus menghormati perbedaan dan melakukannya dengan penuh kegembiraan. Bagiku Pulau Flores adalah kamus toleransi terlengkap yang ada di Indonesia bahkan di dunia.

Penghormatan umat Katolik di Pulau Flores terhadap perbedaan, mengingatkan aku pada cendekiawan Muhammad Abduh yang pernah mengatakan, “Ra’aitu al Islama duna al muslimin, wa ra’aitu al muslimin duna al-islam,” ya nilai-nilai Islami terlihat di tengah masyarakat nonmuslim, sementara umat Islam hidup tanpa nilai-nilai Islam.

Kondisi ini sangat relevan dengan apa yang terjadi saat ini, di mana daerah-daerah mayoritas muslim tidak ramah lagi dengan perbedaan, gerombolan intoleran tumbuh subur dan penguasa daerah berlomba-lomba menerbitkan peraturan untuk membungkam toleransi.

Toleransi tidak lahir dari khotbah di mimbar-mimbar tempat ibadah, forum diskusi, dan kebijakan penguasa, ia lahir dari sebuah tindakan, dan tindakan membutuhkan sebuah kejujuran. Umat Katolik di Flores telah membuktikan bahwa toleransi adalah sebuah tindakan bukan lagi perdebatan, apalagi hanya sekedar slogan semata.

Aku berharap di usia yang ke 71 tahun ini, Indonesia benar-benar merdeka. Tidak ada lagi penganut Syiah di Sampang menjadi pengungsi, tidak ada lagi perusakan Masjid Ahmadiyah, tidak ada lagi teror bagi penghayat kepercayaan, kemudahan mendirikan tempat ibadah apapun agamanya, dan juga tidak ada lagi pembubaran forum-forum diskusi.

Sebagai orang tua saat ini, tentu saja aku ingin mewariskan cerita dari Ibuku kepada anak-anakku bahwa semua agama mengajarkan kebaikan dan kedamaian.


sumber: disini
[Continue reading...]

Kamis, 29 September 2016

Kesaksian Basuki Tjahaha Purnama (Ahok)

- 0 komentar
Saya lahir di Gantung, desa Laskar Pelangi, di Belitung Timur, di dalam keluarga yang belum percaya kepada Tuhan. 

Beruntung sekali sejak kecil selalu dibawa ke Sekolah Minggu oleh kakek saya. Meskipun demikian, karena orang tua saya bukan seorang Kristen, ketika beranjak dewasa saya jarang ke gereja.


baca juga : Sebuah Quotes dahsyat dari Ahok: Kita harus biasakan yang benar, bukan membenarkan yang biasa

Saya melanjutkan SMA di Jakarta dan di sana mulai kembali ke gereja karena sekolah itu merupakan sebuah sekolah Kristen. 

Saat saya sudah menginjak pendidikan di Perguruan Tinggi, Mama yang sangat saya kasihi terserang penyakit gondok yang mengharuskan dioperasi. 

Saat itu saya walaupun sudah mulai pergi ke gereja, tapi masih suka bolos juga. Saya kemudian mengajak Mama ke gereja untuk didoakan, dan mujizat terjadi. 

Mama disembuhkan oleh-Nya! Itu merupakan titik balik kerohanian saya. 

Tidak lama kemudian Mama kembali ke Belitung, adapun saya yang sendiri di Jakarta mulai sering ke gereja mencari kebenaran akan Firman Tuhan.


baca juga : Patut jadi Panutan, Ahok: Saya Mempermalukan Gereja Kristen kalau Korupsi!

Suatu hari, saat kami sedang sharing di gereja pada malam Minggu, saya mendengar Firman Tuhan dari seorang penginjil yang sangat luar biasa. 


Ia mengatakan bahwa Yesus itu kalau bukan Tuhan pasti merupakan orang gila. 

Mana ada orang yang mau menjalankan sesuatu yang sudah jelas tidak mengenakan bagi dia? Yesus telah membaca nubuatan para nabi yang mengatakan bahwa Ia akan menjadi Raja, tetapi Raja yang mati di antara para penjahat untuk menyelamatkan umat manusia, tetapi Ia masih mau menjalankannya! 

Itu terdengar seperti suatu hal yang biasa-biasa saja, tetapi bagi saya merupakan sebuah jawaban untuk alasan saya mempercayai Tuhan. 

Saya selalu berdoa “Tuhan, saya ingin mempercayai Tuhan, tapi saya ingin sebuah alasan yang masuk akal, cuma sekedar rasa doang saya tidak mau,” dan Tuhan telah memberikan 

PENCERAHAN kepada saya pada hari itu. Sejak itu saya semakin sering membaca Firman Tuhan dan saya mengalami Tuhan.


baca juga : Di Gereja Kristus Yesus (GKY) Pluit ; Ahok Menuai Cintanya

Setelah saya menamatkan pendidikan dan mendapat gelar Sarjana Teknik Geologi pada tahun 1989, saya pulang kampung dan menetap di Belitung. 


Saat itu Papa sedang sakit dan saya harus mengelola perusahaannya. Saya takut perusahaan Papa bangkrut, dan saya berdoa kepada Tuhan. 

Firman Tuhan yang pernah saya baca yang dulunya tidak saya mengerti, tiba-tiba menjadi rhema yang menguatkan dan mencerahkan, sehingga saya merasakan sebuah keintiman dengan Tuhan. 

Sejak itu saya kerajingan membaca Firman Tuhan. Seiring dengan itu, ada satu kerinduan di hati saya untuk menolong orang-orang yang kurang beruntung.


baca juga : Gara-Gara Kaki Terinjak di Gereja, Jadi Awal Mula Kisah Cinta Ahok Dan Veronica

Papa saat masih belum percaya Tuhan pernah mengatakan, “Kita enggak mampu bantu orang miskin yang begitu banyak. 

Kalau satu milyar kita bagikan kepada orang akhirnya akan habis juga.” Setelah sering membaca Firman Tuhan, saya mulai mengerti bahwa charity berbeda dengan justice. 

Charity itu seperti orang Samaria yang baik hati, ia menolong orang yang dianiaya. 

Sedangkan justice, kita menjamin orang di sepanjang jalan dari Yerusalem ke Yerikho tidak ada lagi yang dirampok dan dianiaya. Hal ini yang memicu saya untuk memasuki dunia politik.

baca juga : Prinsip-prinsip Ahok dalam Berpolitik dan Memimpin.


Pada awalnya saya juga merasa takut dan ragu-ragu mengingat saya seorang keturunan yang biasanya hanya berdagang. 


Tetapi setelah saya terus bergumul dengan Firman Tuhan, hampir semua Firman Tuhan yang saya baca menjadi rhema tentang justice. 

Termasuk di Yesaya 42 yang mengatakan Mesias membawa keadilan, yang dinyatakan di dalam sila kelima dalam Pancasila. Saya menyadari bahwa panggilan saya adalah justice. 

Berikutnya Tuhan bertanya, “Siapa yang mau Ku-utus?” Saya menjawab, “Tuhan, utuslah aku”.
Di dalam segala kekuatiran dan ketakutan, saya menemukan jawaban Tuhan di Yesaya 41. 


Di situ jelas sekali dibagi menjadi 4 perikop. Di perikop yang pertama, untuk ayat 1-7, disana dikatakan Tuhan membangkitkan seorang pembebas. 

Di dalam Alkitab berbahasa Inggris yang saya baca (The Daily Bible – Harvest House Publishers), ayat 1-4 mengatakan God’s providential control, jadi ini semua berada di dalam kuasa pengaturan Tuhan, bukan lagi manusia. 

Pada ayat 5-10 dikatakan Israel specially chosen, artinya Israel telah dipilih Tuhan secara khusus.

Jadi bukan saya yang memilih, tetapi Tuhan yang telah memilih saya. 


Pada ayat 11-16 dikatakan nothing to fear, saya yang saat itu merasa takut dan gentar begitu dikuatkan dengan ayat ini. 

Pada ayat 17-20 dikatakan needs to be provided, segala kebutuhan kita akan disediakan oleh-Nya. 

Perikop yang seringkali hanya dibaca sambil lalu saja, bisa menjadi rhema yang menguatkan untuk saya. Sungguh Tuhan kita luar biasa.


baca juga : Ahok ke Jemaat Gereja: Doakan Kami Bisa Mewujudkan Keadilan Sosial


Di dalam berpolitik, yang paling sulit itu adalah kita berpolitik bukan dengan merusak rakyat, tetapi dengan mengajar mereka.


Maka saya tidak pernah membawa makanan, membawa beras atau uang kepada rakyat. 

Tetapi saya selalu mengajarkan kepada rakyat untuk memilih pemimpin: yang pertama, bersih yang bisa membuktikan hartanya dari mana. 

Yang kedua, yang berani membuktikan secara transparan semua anggaran yang dia kelola. 

Dan yang ketiga, ia harus profesional, berarti menjadi pelayan masyarakat yang bisa dihubungi oleh masyarakat dan mau mendengar aspirasi masyarakat. 

Saya selalu memberi nomor telepon saya kepada masyarakat, bahkan saat saya menjabat sebagai bupati di Belitung. 

Pernah satu hari sampai ada seribu orang lebih yang menghubungi saya, dan saya menjawab semua pertanyaan mereka satu per satu secara pribadi. 

Tentu saja ada staf yang membantu saya mengetik dan menjawabnya, tetapi semua jawaban langsung berasal dari saya.

Pada saat saya mencalonkan diri menjadi Bupati di Belitung juga tidak mudah. Karena saya merupakan orang Tionghoa pertama yang mencalonkan diri di sana. 


Dan saya tidak sedikit menerima ancaman, hinaan bahkan cacian, persis dengan cerita yang ada pada Nehemia 4, saat Nehemia akan membangun tembok di atas puing-puing di tembok Yerusalem.

Hari ini saya ingin melayani Tuhan dengan membangun di Indonesia, supaya 4 pilar yang ada, yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika bukan hanya wacana saja bagi Proklamator bangsa Indonesia, tetapi benar-benar menjadi pondasi untuk membangun rumah Indonesia untuk semua suku, agama dan ras. 


Hari ini banyak orang terjebak melihat realita dan tidak berani membangun. Hari ini saya sudah berhasil membangun itu di Bangka Belitung. 

Tetapi apa yang telah saya lakukan hanya dalam lingkup yang relatif kecil. Kalau Tuhan mengijinkan, saya ingin melakukannya di dalam skala yang lebih besar.

Saya berharap, suatu hari orang memilih Presiden atau Gubernur tidak lagi berdasarkan warna kulit, tetapi memilih berdasarkan karakter yang telah teruji benar-benar bersih, transparan, dan profesional. 


Itulah Indonesia yang telah dicita-citakan oleh Proklamator kita, yang diperjuangkan dengan pengorbanan darah dan nyawa. Tuhan memberkati Indonesia dan Tuhan memberkati Rakyat Indonesia.

sumber : disini
[Continue reading...]

Selasa, 20 September 2016

Toleransi, Bupati Resmikan Bangunan GPIB, Ajak Warga Ringan Tangan Bantu Sesama

- 0 komentar

Umat Kristen Protestan Pelita Kasih Sangatta Pos Pelayanan dan Kesaksian (Pelkes) Maranatha, sektor Sangatta, menyambut dengan suka cita dengan diresmikannya Bangunan Gereja Protestan di Indonesia Bagian Barat (GPIB), di Desa Mukti Jaya Satuan Pemukiman (SP3) Kecamatan Rantau Pulung (Ranpul), Minggu, (21/8/2016). 

Pendeta Marthen Leiwakabessy mengatakan, peresmian GPIB menjadi suatu kebanggaan dan patut disyukuri serta dimaknai positif. 

Terutama berkaitan dengan keberlangsungan umat Kristiani di Ranpul.

GPIB diketahui hadir di semua wilayah Indonesia, mulai kota besar hingga dipulau-pulau terpencil dan terluar.

“Ini merupakan bentuk toleransi sesama umat yang diperlihatkan oleh Pemkab Kutim,” sebut Marthen yang merupakan Ketua 1 Majelis Sinode Pendeta.

GPIB diresmikan langsung oleh Bupati Kutim Ismunandar saat kunjungan kerja ke Ranpul. 

Ditandai dengan penandatanganan prasasti. Ismunandar mengatakan, peresmian bangunan baru GPIB Desa Mukti Jaya merupakan berkat dari Tuhan YME yang patut disyukuri.

Ia menuturkan, apabila umat beragama banyak membantu sesama manusia, tentunya Tuhan YME akan memperhatikan umatnya.

“Ayo, mari ringan tangan membantu, utamanya kepentingan umat,” ajak Ismu di hadapan masyarakat. 

Dibalik keragaman beragama, lanjut Ismu, tentunya sikap toleransi akan muncul dengan sendirinya.

Hal itu harus dibangun bersama-sama melalui sikap saling menghargai. 

Kegiatan peresmian hari itu dilanjutkan dengan penyerahan kelengkapan sekolah, seperti tas dan buku tulis kepada 100 anak Rantau Pulung.

 Sumber : disini
[Continue reading...]

Rabu, 14 September 2016

97 Laporan dari Komnas HAM, Soal Pembangunan Rumah Ibadah

- 0 komentar


Jakarta - Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Imdadun Rahmat mengatakan pihaknya sedang menangani 97 pengaduan soal pembangunan tempat ibadah. 

Menurut dia, pengaduan terbanyak berkaitan dengan pembangunan gereja Kristen, Katolik, dan masjid.

Imdadun berujar banyaknya pengaduan menunjukkan bahwa sikap toleransi dalam beragama masih menjadi barang mewah di Indonesia. 


"Kelas kita masih sampai di situ, belum mampu merayakan perbedaan," kata Imdadun di Gereja Santa Anna, Sabtu, 10 September 2016.

Imdadun menganggap belum semua umat beragama menghargai, menghayati, dan menghormati perbedaan. 


Sehingga, kata dia, masalah rumah ibadah sering dijadikan alasan bagi kelompok mayoritas untuk menindas minoritas. 

"Kalau ada rumah ibadah yang berbeda seolah-olah ada ancaman besar, akan membuat dia masuk neraka," ujarnya.

Imdadun juga menganggap saat ini sebagian umat beragama mengalami kecenderungan hanya mau menerima yang sama dengan dirinya atau hemofilia. 


Padahal, kata dia, umat beragama memiliki kewajiban memajukan kemanusiaan. 

"Kalau tidak dikikis, kita tidak akan siap bertoleransi," katanya.
Imdadun menuturkan Indonesia  menghadapi tantangan berat dalam membangun toleransi. 


Sebab realitasnya Indonesia adalah negara yang dihuni beragam suku, agama, ras, dan golongan. 

"Intoleransi tidak boleh dibiarkan dan harus jadi perhatian," kata Imdadun.

Imdadun mengimbuhkan, setiap orang memiliki kebebasan memilih aliran kepercayaan dan mahzab kepercayaannya. 


"Memilih ada dalam iman, dalam pikiran, dan dalam hati. 

Dia tidak boleh diatur, karena tanpa diatur iman dalam hati tidak akan mengganggu orang banyak.

sumber : disini
[Continue reading...]

Selasa, 06 September 2016

Bapak Uskup Agung Medan, Ampuni Pelaku Penyerangan Romo Albert Pandiangan OFMCap

- 0 komentar


Uskup Medan Mgr. Anicetus B. Sinaga dengan kedua orangtua pelaku penyerangan terhadap Pastor Albertus Pandingan di Gereja St. Joseph di Medan 28 Agustus 2016 (foto doc Internet)

GEREJA Katolik yang bermurah hati dan bersedia memberi ampun. Inilah yang dilakukan oleh Bapak Uskup Keuskupan Medan Mgr. Anicetus B. Sinaga OFMCap bersama Pastor Albertus Pandiangan OFMCap kepada keluarga Hasugian di Medan. 

Tindakan kasih berupa memberi ampunan dan tindakan menghayati semangat Tahun Kerahiman Ilahi sebagaimana diajarkan oleh Paus Fransiskus melalui Misericordiae Vultus ini terjadi di Wisma Keuskupan Agung Medan (KAM), di Ibukota Provinsi Sumatra Utara, pada hari Senin tanggal 5 September 2016.

Bapak Uskup Agung Keuskupan Agung Medan Mgr. Anicetus B. Sinaga dengan suka hati menerima kedatangan keluarga Hasugian untuk silahturami. 

Dalam pertemuan itu, Pastor Albertus Pandingan OFMCap berhalangan hadir.

Mgr. Anicetus B. Sinaga OFMCap dan Pastor Albertus Pandiangan OFMCap adalah imam-imam Fransiskan Kapusin.

“Bapak Makmur Hasugian bersama Ibu Boru Purba, kedua orangtua pelaku penyerangan terhadap Pastor Albertus Pandiangan di Gereja St. Joseph Medan, datang ke Wisma Keuskupan Agung Medan pada hari Senin kemarin. 

Mereka datang atas inisiatif sendiri dan kami senang menerima mereka,” kata Uskup Agung Keuskupan Agung Medan Mgr. Anicetus B. Sinaga OFM dalam rangkaan kalimat pesan pendek kepada Redaksi Sesawi.Net, Selasa siang tanggal 6 September 2016.

Minta maaf dan diberi ampunan

“Mereka datang untuk maksud minta maaf kepada Uskup dan Pastor Pandiangan atas insiden beberapa waktu lalu. 

Dengan tangan terbuka dan hati yang longgar, kami menerima maksud baik mereka,” tandas Mgr. Anicetus menjawab pertanyaan Sesawi.Net melalui jalur pribadi.

Kedatangan pasutri Makmur Hasugian bersama Ibu Boru Purba difasilitasi oleh serombongan pengacara dari Peradi Medan. 

Pertemuan silahturami itu sendiri dimoderatori oleh A. Dewanto Handoko SH, anggota  Pengurus Forum Masyarakat Katholik Indonesia  (FMKI) Sumut.

Kepada Sesawi.Net, Uskup Agung Keuskupan Medan menegaskan adanya empat hal yang menjadi bahan diskusi sepanjang pertemuan silahturahmi tersebut. Di antaranya adalah


1. Aspek moral: Keuskupan Agung Medan sangat mengapreasi inisiatif pribadi keluarga pelaku untuk datang memohonkan maaf atas terjadinya insiden beberapa waktu lalu.

 2. Belas kasih: Keuskupan Agung Medan dalam hal ini Uskup Agung KAM dan Pastor Albertus Pandingan OFMCap dengan semangat kristiani sepenuh hati memberi ampun dan memaafkan pelaku dan berusaha menghapus luka di batin.


Insiden penyerangan terhadap Pastor Albertus Pandiangan OFMCap terjadi di Gereja St. Joseph tak jauh dari Kampus Universitas Sumatra Utara (USU) di Jl. Dr. Mansyur, Kota Medan, hari Minggu tanggal 28 Agustus 2016 pekan silam. 

Insiden ini terjadi saat berlangsung misa mingguan di hari Minggu tersebut.

Sesaat setelah berlansung Bacaan Injil, pelaku yang masih mengenakan ransel punggung bergerak mendekati pastor dan mencoba menyerangnya dengan bersenjatakan pisau. 

Dari dalam ranselnya ditemukan kapak dan beberapa peralatan seperti kabel dan lainnya.

Pelaku berhasil dibekuk oleh umat yang tengah mengikuti misa. Polisi memastikan bahwa pelaku bertindak secara individual dan tidak terkait dengan kelompok radikal mana pun.

sumber : disini

[Continue reading...]

Jumat, 02 September 2016

Ahok dikawal Lebih dari 2.000 Malaikat Surgawi

- 0 komentar


JAKARTA- Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok membantah pernyataan bakal calon gubernur, Sandiaga Uno, yang menyebut dirinya dikawal oleh 200 personel Brimob. 

Ia mengatakan, pengawal pribadinya yang berasal dari Brimob jumlahnya tak lebih dari 10 personel.

"Makanya sekarang pertanyaan gua, lu pernah lihat gua dikawal sampai 200 orang enggak? (Dikawal) 10 (personel Brimob) saja enggak pernah," kata Ahok di Balai Kota DKI Jakarta, Jumat (2/9/2016).

Jika pernyataan Sandiaga benar, kata Ahok, maka pengawalan dirinya bisa dibilang melebihi pengawalan terhadap Presiden Republik Indonesia Joko Widodo.

Sambil berseloroh, Ahok menyebut ada 2.000 personel Brimob dan 6.000 personel Kostrad yang mengawal dirinya.

"Pengawalan yang enggak keliatan tuh sebenarnya lebih dari 2.000 personel. Sampaikan sama Sandi, aslinya tuh lebih dari 2.000 pasukan malaikat surgawi yang jaga gua," kata Ahok.

Sandiaga sebelumnya menyebut Ahok akan mendapat sejumlah keuntungan jika tidak harus cuti untuk kampanye pada proses Pilkada DKI Jakarta 2017.

Menurut Sandiaga, keuntungan yang akan didapatkan Ahok jika ia tidak cuti adalah pengawalan dari negara.

Sandigaga mengaku dapat informasi bahwa Ahok mendapatkan pengawalan 150 sampai 200 personel Brimob tiap hari.

"Pertama pengawalan, saya diberitahu dia (Ahok) diberikan pengawalan 150 sampai 200 Brimob. Kalau dia cuti kan dia harus bayar sendiri. Sekarang dia membebani itu kepada negara," kata Sandiaga di Palmerah, Jakarta, Rabu (31/8/2016) malam

Sandiaga membandingkan dengan dirinya yang setiap kali melakukan pertemuan dengan warga tanpa dikawal pihak kepolisian. Biasanya, dia hanya ditemani para relawan.

Adapun masa kampanye pada pilkada serentak 2017 akan dimulai pada 28 Oktober 2016 hingga 11 Februari 2017.

Aturan yang ada saat ini mengharuskan seorang petahana untuk cuti selama masa kampanye.

Namun, Ahok ingin agar calon petahana diberi pilihan antara cuti untuk kampanye atau tidak cuti dengan risiko tidak boleh berkampanye.

Untuk itu, Ahok mengajukan uji materi Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tentang Pilkada di Mahkamah Konstitusi. 

sumber : disini
[Continue reading...]

Sabtu, 30 Juli 2016

Kelompok Intoleran demo anti Rumah Pastoran dianggap Alat Kristenisasi

- 1 komentar

 JAKARTA  – Umat Islam yang terdiri dari warga dan ulama Jagakarsa mengadukan penolakan pembangunan Rumah Pastoran ke Camat Jagakarsa, Jakarta Selatan, Kamis (28/7). 

Mereka menolak pembangunan Rumah Pasturan di Jalan Sirsak, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan dengan mempertanyakan surat Izin Mendirikan Bangunan (IMB).

Tokoh Islam sekaligus ketua MUI Jagakarsa KH Drs Sulaiman Rohimin kepada Camat Jagakarta menegaskan keresahan umat Islam atas peletakan batu pertama yang melibatkan aparatur negara. 

“Apa-apan aparat ada disini, dimana-mana kalo ada pembangunan panggil kuli bangunan, kok ada Kapolsek, Danramil. 

Kalo ini ada penipuan saya akan bela ummat Islam. Kami siap berjihad,” tegasnya.

Sulaiman mengklaim larangan pembangunan di areal tanah tersebut dilakukan sejak Jokowi menjadi menjadi Gubernur DKI Jakarta. 

“Kalau ada orang dateng minta izin yang sama pada tanah yang masih status quo tanya dulu dong, kita masih pada hidup,” ujarnya.

Sulaiman mendesak IMB dicabut. Ia menuding pembagunan rumah pastoran ini sebagai sarana kristinesasi. “Kalau ada rumah Kiai dibangun pasti disana ada pengajian dan sekian lama akan dibangun masjid. 

Begitu juga rumah Pastor. Bohong kalau gak ada kegiatan keagamaan dan gak menutup kemungkinan dibangun Gereja,” ujarnya. 

baca juga : Pendeta yang Dibunuh di Prancis Donasikan Lahan untuk Masjid

Sementara menyikapi desakan umat Islam Jagakarsa, Camat Jagakarsa Abdul Khalik berjanji akan menghentikan pembangunan rumah Pastoran tersebut.

Menurut Abdul Halik, pihaknya akan berupaya untuk menghentikan pembangunan tersebut. “Kalau IMB tidak bisa dicabut, minimal pembangunan kita hentikan. 

Saya berjanji akan tutup tuh jalan akses ke lokasi agar mobil yang membawa bahan bangunan tidak bisa masuk,” ujarnya.

Dalam kesempatan pertemuan itu, masyarakat Jagakarsa juga menyampaikan pernyataan sikap secara keras :

1. Kami Dewan Masjid Indonesia (DMI), FPI, MKDN, Kuliah Subuh Minggu, Kuliah Subu Rabu, MUI Jagakarsa, RW Se-Jagakarsa, RT-Sejagakarsa, LMK Jagakarsa, NU, KUHAB

2. Menolak Gereja, Rumah Pastor, apapun bentuk bangunan untuk tidak dibangun di Jalan Sirsak adalah harga mati

3. Menyatakan dari pihak FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) tidak ada lagi pembangunan apapun diwilayah tersebut selamanya yang sudah ber status qou menurut UU dan permohonan 500 warga Jagakarsa.

4. Meminta izin tersebut dicabut segera dan kami siap memantau 24 jam aktivitas apapun di Paroki kalau tidak dihentikan

sumber : disini
[Continue reading...]

Selasa, 19 Juli 2016

Diskriminasi Pelajar Di Tiongkok Diancam : Jika Ingin Kuliah, Tinggalkan Gereja

- 0 komentar



Ada pepatah di Indonesia ini yang mengatakan, "Kejarlah ilmu hingga ke negeri China." Hal ini menggambarkan betapa pentingnya ilmu itu, bahkan jarak tidaklah masalah. Namun sayangnya, di Tiongkok sana malah para pelajar Kristen  dipersulit untuk bisa mengenyam pendidikan di perguruan tinggi. 

Para pelajar Kristen anggota gereja rumah di wilayah Guizhou, Tiongkok mendapat ancaman dari pejabat setempat bahwa jika mereka tidak berhenti ke gereja, mereka tidak bisa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. 

"Peringatan tersebut dikirimkan ke seluruh sekola di Huaqiu," demikian penjelasan Mou, perwakilan dari lembaga hak asasi manusia China Aid. "Pihak berwajib berniat untuk melakukan perbersihan atas kami (gereja rumah -red) dan meminta kami untuk bergabung dengan gereja Tree-self (gereja resmi pemerintah -red)." 


Jemaat gereja rumah juga mengalami berbagai tekanan dari pemerintah, diantaranya adalah larangan membawa anak-anak ke gereja. Tindakan pemerintah ini diduga karena pihak pemerintah dari Partai Komunis takut dengan meningkatnya jumlah umat Kristen di negeri tirai bambu tersebut. Mereka takut pengikut Kristus menjadi lebih banyak dibandingkan pengikut partai tersebut. 

Tiap-tiap provinsi menghadapi tekanan yang berbeda-beda, mulai dari penurunan lambang salib hingga penghancuran gereja bahkan penangkapan para pendeta. Hingga saat ini diperkirakan ada ratusan pendeta yang ditahan oleh pemerintah Tiongkok. 

Menjadi pengikut Kristus memang tidak mudah, ada harga yang harus dibayar seperti yang dialami oleh umat percaya di Tiongkok ini. Walau demikian, iman akan semakin kuat dan bertumbuh dalam tekanan, untuk mari beri dukungan doa agar mereka terus bertekun dalam iman mereka dan semakin banyak masyarakat Tiongkok yang diselamatkan. 

sumber : disini

[Continue reading...]

Senin, 18 Juli 2016

Dor Dor Dor... Santoso Dikabarkan Tewas Kena Pelor

- 0 komentar



JAKARTA - Baku tembak terjadi antara Satuan Tugas (Satgas) Operasi Tinombala dengan kelompok militan Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Santoso di wilayah Tambarana, Poso, Senin (18/7) sore. Dari insiden itu, Santoso dikabarkan tewas tertembak.

Kapolda Sulawesi Tengah Brigjen Rudy Sufahriadi mengungkapkan, ada dua orang anggota MIT yang tewas dalam kontak senjata itu. 


“Tadi anggota kita tembak-tembakkan dengan kelompok Santoso. Dua orang meninggal dunia," katanya kepada JPNN.

Kabarnya, satu dari dua anggota MIT yang mati itu adalah Santoso yang menjadi target utama Operasi Tinombala.  


Hanya saja, Rudy masih belum berani memastikan bahwa Santoso adalah satu dari dua orang yang tewas.

Namun Rudy mengakui bahwa salah satu anggota MIT yang mati punya ciri-ciri seperti Santoso. Karenanya, Rudy masih perlu menunggu identifikasi terlebih dulu untuk memastikannya.


“Besok akan diberi tahu kejelasannya. Memang kata anggota di lapangan, salah satunya ada tahi lalat, seperti ciri-ciri Santoso. Tapi kami akan pastikan dulu," tandas Rudy

sumber : disini
[Continue reading...]

Selasa, 12 Juli 2016

Romo Misionaris Indonesia Terjebak di Zona Perang Sudan Selatan

- 0 komentar

KABAR miris baru saja dikirim oleh Andreas Kristiadi ke meja Redaksi Sesawi.Net, hari Selasa siang tanggal 12 Juli 2016 ini. 

Alumnus Seminari Menengah Stella Maris Keuskupan Bogor ini mengabarkan, teman angkatan alumni Seminari Menengah Stella Maris Keuskupan Bogor yakni Pastor Clemencius Rommy Suriroja SVD kini tengah terjebak di zona perang  Sudan Selatan dimana ia telah menjadi misionaris selama beberapa tahun terakhir ini.

baca juga : Pastor Yang Komentari Hukum Cambuk Aceh Ini Bikin Heboh


“Mohon doanya bagi teman angkatan kami alumni Seminari Stella Maris Bogor yakni Pater Clementinus Rommy Suriroja SVD yang sedang mengungsi dengan umat parokinya di Sudan Selatan. 

Itu terjadi,  karena sejak hari Senin kemarin, para pemberontak bersenjata telah berhasil menguasai kawasan di tempat dimana Pater Rommy berkarya melakukan karya misionernya,” demikian tulis Andreas kepada Sesawi.Net hari Selasa menjelang petang hari.

“Semoga Tuhan Yesus dan Bunda Maria selalu melindungi beliau, para rekan pastor misionaris dan umat paroki di Sudan Selatan,” lanjut Andreas dalam pesan pendeknya kepada Redaksi.

Masih mencekam
 
Dalam sebuah rekaman pendek di jalur WA, Romo Rommy pun mengisahkan suasana yang masih mencekam meliputi hati semua umat parokinya yang tengah mengungsi ke tempat yang dirasa lebih aman.


“Gimana sikon di sana?,” tanya Andreas.


“Masih mencekam,” jawab Romo Rommy.

“Dimana posisi? Update kabar ya,” pinta Andreas.

baca juga : Andhra Pradesh: uskup Katolik diculik dan dipukuli selama berjam-jam 29/4/2016  

“Kami masih berada di paroki bersama umat. Kami tidak bisa keluar kemana-mana, karena semua akses menuju areal terbuka sudah ditutup oleh kaum pemberontak,” demikian Romo Rommy memberikan news update kepada Andreas yang kemudian diteruskan kepada Redaksi.

baca juga : PRIHATIN, BIARAWATI DITEMBAK di KENYA 


Komunikasi Andreas dengan Romo Rommy terjadi pada hari Selasa tanggal 12 Juli 2016 menjelang petang hari.

Andreas dan Romo Rommy adalah teman seangkatan, sesama alumni Seminari Menengah Stella Maris Keuskupan Bogor.

sumber : disini
[Continue reading...]

Selasa, 05 Juli 2016

Propaganda Video, ISIS Deklarasikan Perang terhadap RI & Malaysia

- 0 komentar

Jakarta -- Sebuah video propaganda kelompok militan ISIS yang beredar secara daring mengumumkan deklarasi perang terhadap Indonesia dan Malaysia. 

Video yang diluncurkan di tengah serangkaian serangan bom global beberapa pekan ini, turut menampilkan tentara anak dan remaja yang mengangkat senjata.

Diberitakan Straits Times pada Selasa (5/7), video tersebut menampilkan seorang pria dewasa yang memikul senjata dikelilingi oleh tentara anak. Seorang tentara remaja berdiri tak jauh dari kelompok itu dan terlihat memeluk senapan serbu AK-47. 


baca juga : Sebuah Bom bunuh diri meledak di Kapolresta Solo

Pria itu mengibaskan jari telunjuk kanannya berkali-kali, dan berbicara dalam campuran bahasa Malaysia dan bahasa Arab.

Dia mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan karena "mempermudah perjalanan dan jihad kami" dan karena telah menunjuk mereka sebagai "tentara Tauhid."

Dalam video itu, sang militan juga menyinggung pihak berwenang dari nusantara, khususnya Malaysia dan Indonesia. 


baca juga : Teroris di Dhaka Eksekusi Para Sandera yang Tak Bisa Baca Al Quran

"Ketahuilah, kami bukan lagi warga Anda, dan kami telah membebaskan diri dari Anda," ujarnya, sembari kamera berpindah menyorot seorang militan berjanggut di sebelahnya yang tengah memegang paspor Malaysia.

"Dengan izin-Nya dan bantuan-Nya, kami akan datang kepada Anda dengan kekuatan militer yang tidak dapat diatasi," ucapnya.

Sang militan itu juga menyerukan pemerintah dan pemimpin yang tidak mengikuti prinsip Islam untuk lengser dan memberikan jalan bagi supremasi Islam.

Tak lama kemudian, sang militan juga terlihat melemparkan paspornya ke tengah lingkaran, dan tindakan ini diikuti oleh anak-anak yang mengelilinginya. 


baca juga : Polisi Banglades Bebaskan 20 Sandera, ISIS Klaim Bunuh 24 Pengunjung Kafe di Dhaka

Seorang anak laki-laki melangkah maju dengan sebuah pemantik api dan mengucapkan, "Bismillah" sebelum menyalakan api dan membakar sepotong kertas putih yang terlipat.

Ia kemudian menempatkan kertas tersebut di antara tumpukan paspor sehingga api melalapnya. Aksi ini diikuti oleh sorak-sorai para militan yang mengepalkan tangan ke udara.

Adegan kemudian beralih ke dalam ruang kelas yang memperlihatkan sejumlah anak mengenakan kopiah tengah bersenandung kasidah dan diawasi oleh seorang pria. 


Sementara, di adegan lainnya, anak-anak itu menjalani pelatihan tempur di bawah pengawasan orang dewasa lainnya.

Tentara anak itu terlihat berdiri di belakang sebuah garis pembatas sembari mengacungkan senjata, bersiap untuk menembakkan peluru dari senapan semi-otomatis mereka.

Tentara anak itu terlihat berusia amat muda, mengenakan seragam militan yang terlihat kebesaran hingga melewati lutut mereka. 


Tubuh mereka yang kecil pun hampir terjatuh ketika menembakkan peluru dari senapan.

Sementara di samping mereka, terlihat seorang militan dewasa yang mengenakan celana berwarna khaki, kemeja lengan panjang dan rompi, mengangkat tangan kanannya sembari berteriak takbir. Tindakan ini kemudian diikuti oleh para tentara anak.

Video ini tersebar di hari yang sama dengan bom bunuh diri di Markas Polresta Solo. Video ini juga bertepatan dengan serangkaian teror global di Arab Saudi, Baghdad dan Bangladesh.

Pada Selasa, Inspektur Jenderal Kepolisian Malaysia, Khalid Abu Bakar, juga mengonfirmasi serangan ISIS pertama di Negeri Jiran. Serangan yang melukai delapan orang ini terjadi di Kelab Malam Movida pada 28 Juni lalu, ketika para pengunjung sedang bersiap menyaksikan pertandingan Euro 2016 antara Spanyol dan Italia.  


sumber : disini
[Continue reading...]

Rabu, 29 Juni 2016

Terdakwa Penggelapan Dana Gereja Dituntut Penjara Delapan Tahun

- 0 komentar

TANGERANG -- Sidang kasus penggelapan dana Jemaat Gereja Kristen Indonesia (GKI) Serpong, Tangerang Selatan masih bergulir hingga saat ini. 

Tim Jaksa Penuntut Umum (JPU) Robby Afani membacakan tuntutannya kepada terdakwa HS dengan penjara delapan tahun dan denda Rp 800 juta. 

Kuasa Hukum GKI Serpong dari Pos Pelayanan Hukum (Posyankum) GKI Serpong Joviardi Wahyu mengaku GKI Serpong akan menerima apapun keputusan vonis untuk terdakwa asalkan sudah sesuai dengan peraturan perundangan-undangan yang berlaku.

"Kami belum ada rencana untuk melakukan tindakan apapun. Yang jelas kalau hukuman delapan tahun penjara itu sudah sesuai aturan kami terima saja," ujarnya kepada media, hari Senin (27/6).

Kendati pihaknya menerima tuntutan dari JPU, GKI Serpong tetap meminta dana yang sudah digelapkan oleh terdakwa HS dikembalikan secara utuh. Sebelumnya diketahui terdakwa HS mengakui telah menggelapkan dana Jemaat GKI Serpong senilai Rp 2,3 miliar.

Di mana pada saat penggelapan tersebut terdakwa sedang menjabat sebagai Bendahara Umum GKI Serpong. 

baca juga : Kepergok mencuri waktu Misa, wanita muda dipolisikan

Hingga saat ini Wahyu mengaku pengurus GKI Serpong masih menunggu dana tersebut dikembalikan. Karena pengurus GKI Serpong belum menerima dana tersebut sepeserpun. 

Perbuatan itu diketahui tanggal 25 September 2015, sejak tersangka HS memberikan pengakuan kepada Pendeta Agus Wijaya.

HS kemudian dilaporkan ke Polsek Serpong di BSD pada tanggal 6 Oktober 2015 oleh Ketua Umum Majelis Jemaat GKI Serpong Penatua Rumpoko Hadi. 

baca juga : Pendeta tangkap pencuri Helm di gereja

Kemudian sejak tanggal tersebut terdakwa HS masuk menjadi tahanan Polsek Serpong. Perkaranya telah diserahkan oleh Polsek Serpong kepada Kejaksaan Negeri Tangerang pada 9 November 2015. 

sumber : disini

[Continue reading...]

Rabu, 22 Juni 2016

Vihara di Jawa Timur sediakan makanan berbuka puasa

- 0 komentar


Menjelang beduk magrib, sekitar 100 orang berdiri berjajar di samping Vihara Bodhimanda Sanggar Suci, Lawang, Malang, Jawa Timur. 

Tua, muda, dan anak-anak, yang datang dari berbagai tempat di sekitar Lawang tampak antre, sabar menunggu waktunya berbuka puasa. Mereka antre untuk mendapat buka puasa gratis dari Vihara Bodhimanda Sanggar Suci.

Menu yang disediakan antara lain adalah nasi putih lauk mi goreng dan ayam suwir. Sekitar 100 porsi makanan untuk buka puasa tertata di atas meja besar.

Tak lama kemudian terdengar suara azan dari Masjid Al Ikhlas yang terletak di samping vihara.

Salah satu tamu vihara adalah Mohammad Yasin, 60 tahun, yang datang bersama anaknya. Ia berjalan kaki cukup jauh untuk mendapatkan makanan buka puasa gratis ini.

"Setiap bulan puasa, buka puasa di sini," ujar Yasin. Pria yang sehari-hari berjualan mi ayam ini mengaku terbantu dengan buka puasa gratis karena istrinya tak perlu repot menyiapkan buka puasa di rumah.

Meringankan beban ekonomi

Selain itu juga mengurangi uang belanja setiap hari. "Sangat membantu. Kadang ada yang berbuka puasa saja susah," katanya.

Yasin dan warga lain yang berbuka di vihara menerima seporsi makanan plus teh hangat. Mereka duduk melingkar sambil bercengkerama. Buka puasa ditutup dengan minum teh hangat dan kudapan.

Vihara menyediakan menu yang variatif mulai dari mi goreng, ayam suwir, soto, rawon, kari, opor, ayam bakar bumbu rujak, hingga ayam goreng.

Bagi Yasin, buka puasa cuma-cuma seperti yang disediakan vihara di Lawang ini adalah bentuk nyata toleransi umat beragama di Indonesia.

"Tak ada perbedaan dan tak ada sekat pembatas," ujarnya.
Acara buka puasa gratis dimulai pada 1998 ketika krisis ekonomi membuat harga kebutuhan pokok melambung.

Rohaniwan vihara, Winantea Listiahadi, menuturkan saat itu banyak orang miskin yang kesulitan untuk berbuka puasa. Ia terketuk hatinya untuk saling membantu sesama.

Relawan dan donasi

Ia kemudian mengggalang donasi yang berasal dari paguyuban Metta yang beranggotakan ratusan ribu orang, tak hanya umat Buddha, tapi juga dari pemeluk agama lain. 

baca juga : Pasar Ramadhan disepan Gereja

"Memang yang paling banyak umat di vihara sini," ujarnya.
Selain donasi, ia juga mengatur relawan untuk membantu menyiapkan buka puasa. Ada yang bertugas belanja, menanak nasi, memasak lauk, juga ada yang bertugas membuat minuman.

Setelah selesai, ada lagi yang bertugas menata makanan serta membagikannya kepada mereka yang datang berbuka puasa.

Salah satu relawan yang juga umat vihara, Amelia Wati, 68 tahun, datang setiap pukul 16.00 WIB untuk membantu menyiapkan makan berbuka puasa.

"Membantu ya sejak pertama kali ada buka puasa di sini," ujar Amelia.

sumber : disini

 

 

[Continue reading...]

Buka puasa di sinagog: 'Rayakan perbedaan dalam kebersamaan sebagai sesama Umat manusia'

- 0 komentar


Seorang pengurus masjid di London mengumandangkan azan Magrib di hadapan sekiar 100 orang, tidak hanya Muslim namun juga Kristen dan Yahudi, di tempat yang tak biasa, sinagog.

West London Synagogue of British Jews, sinagog di London barat, akhir pekan lalu (11/06) menjadi tuan rumah acara buka puasa bersama dengan mengundang sejumlah imam, pendeta dan juga komunitas Yahudi setempat.

Minuman dan kurma disediakan untuk membuka puasa sebelum undangan Muslim yang hadir melakukan salat Magrib berjamaah.
Usai salat para undangan masuk ke audia dan bersantap malam. 

Mereja duduk di meja-meja, yang ditata sedemikian rupa sehingga dalam satu meja ada undangan atau hadirin dengan latar belakang agama yang berbeda.

Mereka berbicara akrab sambil menikmati malam malam dan kue manis.

Rabi senior Julia Neuberger mengatakan "sangat bangga komunitasnya melangsungkan acara The Big Iftar, buka puasa besar yang digagas Julie Siddiqui, sekaligus merayakan ulang tahun Ratu ke-90, untuk merayakan perbedaan di Inggris"

Julie Siddiqi yang diacu Neuberger adalah warga Inggris yang masuk Islam 20 tahun lalu dan saat ini menjadi aktivis lintas agama yang menggagas sejumlah acara amal termasuk the Big Iftar yang dilangsungkan di berbagai tempat di Inggris.

"Acara seperti ini lebih dari sekedar toleransi, kita saling menghargai dan kita merayakan perbedaan ini. Inggris sebagai salah satu negara dengan hubungan lintas agama yang terbaik di Eropa dan kita perlu merayakan ini," kata Julie Siddiqi kepada BBC Indonesia.

baca juga : Wali Kota London, Sadiq Khan, Buka Puasa di Gereja Tua

"Sebagai Muslim kami perlu lebih sering membuka diri karena penting untuk menunjukkan seperti apa Islam sebenarnya. Dan acara seperti ini merupakan sesuatu yang luar biasa, karena melalui persahabatan dan kepercayaan, berbagai prasangka dan kecurigaan antara pemeluk agama yang berbeda bisa dihilangkan," tambahnya.
Sejumlah acara lintas agama banyak dilakukan di Inggris dalam empat tahun terakhir, termasuk di antaranya membuka masjid untuk pemeluk agama lain.

Dalam acara di sinagog itu, sambil menyantap hidangan, seorang guru Islam yang hadir, Rakin Fertuga Cisse, menerangkan tentang arti Ramadan.

Para pengunjung - banyak di antaranya yang untuk pertama kalinya masuk ke sinagog- juga diajak untuk melihat tempat ibadah umat Yahudi itu.

Acara yang berlangsung sampai satu jam menjelang tengah malam ini juga dibagi antara grup untuk berdiskusi isi kitab suci Taurat, Injil dan Alquran.

Ramadan tahun ini di Inggris termasuk yang paling panjang dengan waktu imsak pada sekitar pukul 02.40 dan magrib pada pukul 21.20.

Sumber : disini

[Continue reading...]

Wali Kota London, Sadiq Khan, Buka Puasa di Gereja Tua

- 0 komentar



LONDON, - Wali Kota Muslim pertama di London, Sadiq Khan, menyerukan ditingkatkannya 'integrasi sosial' di antara berbagai komunitas di London dalam acara buka puasa yang diselenggarakan Gereja St James's di Piccadilly.

Inilah untuk pertama kalinya Gereja Anglikan yang berusia lebih dari 330 tahun mengadakan acara buka puasa selama Ramadhan.
Acara itu disebut Khan sebagai langkah untuk 'merayakan perbedaan' dan menunjukkan 'seperti apa Islam yang sebenarnya'.

Sekitar 200 orang hadir dalam acara pada Minggu (19/6/2016) malam. Tidak hanya Muslim, namun juga sejumlah pemeluk Yahudi.

“Yang hebat dari acara seperti ini adalah, kita berada di jantung kota London, di Piccadilly, di Gereja St James's, dalam buka puasa bersama umat Kristen, Yahudi dan yang lain,” kata Khan.

“Dan acara ini tidak hanya buka puasa bersama namun juga agar yang lain mengetahui tentang Islam,” kata Khan kepada wartawan BBC Indonesia, Endang Nurdin.

Dalam beberapa tahun terakhir, banyak acara lintas agama seperti ini diselenggarakan . Pihak masjid  mengundang non-Muslim sementara sinagog serta gereja mengundang Muslim.

Khan mengatakan, interaksi antar berbagai komunitas sangat perlu dilakukan untuk lebih mengenal satu sama lain.

“London adalah kota yang paling beragam di dunia dengan lebih dari 300 bahasa. 

Yang penting adalah kita saling berinteraksi dengan lebih baik, mengenal lebih baik. Saya menyebutnya integrasi sosial,”  katanya. 

baca juga : buka puasa di sinagog rayakan perbedaan.

“Kami ingin orang mengetahui tentang Islam yang sebenarnya karena sayangnya saat ini ada sejumlah kecil orang yang melakukan tindak kejahatan dengan menggunakan nama Islam untuk membenarkan tindakan terorisme dan kami ingin mengingatkan orang bahwa Islam bukan seperti itu," kata Khan, wali kota Muslim pertama London.

Bank makanan

Salah seorang pemimpin gereja, Lucy Winkett,  yang ikut mencoba berpuasa dalam sehari mengatakan pengalamannya 'cukup berat'.
“Ini merupakan tantangan bagi saya. Umat Kristiani juga berpuasa namun bisa minum air,” katanya.

“Dan yang kali ini tanpa minum sama sekali, jadi cukup berat. Tapi sangat menyenangkan kami dapat menyelenggarakan acara buka puasa di gereja kami,” kata Lucy Winkett.

Waktu puasa di London pada minggu terakhir Juni dimulai pada pukul 02.40 dan magrib pada pukul 21.24 waktu setempat.
Gereja St James's yang dibangun pada 1684 dirancang oleh Cristopher Wren, yang juga membangun salah satu gedung bersejarah lain di London, Katedral St Paul.

Dalam pidato sebelum buka puasa, Khan juga mengungkap tantangan London sebagai 'kota kelima terkaya di dunia'.
Namun, katanya, masih memiliki sekitar 100.000 orang yang menggantungkan hidup pada foodbank atau 'bank makanan'.
Bank makanan menyediakan stok makanan kering yang boleh diambil bagi mereka yang tak mampu.

“Tantangan ke depan adalah... kita hidup di kota kelima terkaya di dunia, namun angka tahun lalu menunjukkan sekitar 100.000 orang menggantungkan pada bank makanan," kata Khan.

Dia menambahkan,  kembali perlunya meningkatkan interaksi dan solidaritas antar berbagai komunitas di London agar dapat saling membantu.

Sumber : disini

[Continue reading...]

Rabu, 15 Juni 2016

Mongol Stres : Jangan Pindah Gereja

- 0 komentar


AKSI pelawak tunggal atau komika, Mongol Stres sanggup mengocok perut peserta konferensi Pujian dan Penyembahan Karismatik Katolik yang digelar di Apperroom Annex Building, Jakarta, Sabtu, 21/5. 

Meski materi lawakannya kerap bermain di batas sensitivitas, seperti etnisitas dan homoseksualitas, pria bernama asli Rony Immanuel ini belum pernah mendapat teguran dari Komisi Penyiaran Indonesia. “Saya hanya pernah di sidang beberapa kali oleh jemaat Gereja,” celotehnya.

Salah satu lawakan Mongol yang membuat peserta terkekeh-kekeh, yaitu topik tentang berdoa. 
 
Ia meminta kepada hadirin, jika berdoa jangan membuat orang takut dengan meminta Tuhan datang ke dunia. 
 
Sebab dalam Kitab Suci, imbuh dia, Tuhan datang pada hari kiamat. “Tuhan itu bukan ‘teh celup’, yang gampang kita minta naik-turun,” ujar kelahiran Manado, 27 September 1978 ini.

Ia juga berharap, seluruh peserta jangan pindah Gereja. “Jangan karena di sana ada artis, pastor, atau pendeta terkenal, kita jadi pindah agama. Yakinlah, Tuhan juga hadir di Gereja Anda.”
 
sumber : disini
[Continue reading...]

Selasa, 14 Juni 2016

Kisah sejuk umat muslim bantu gereja PART 4 : Warga muslim di Kalabahi biasa danai pembangunan gereja

- 0 komentar

Kali ini, kisah toleransi yang sejuk antar pemeluk Islam-Kristen berasal dari Indonesia. 

Masyarakat yang tinggal di Kalabahi, Alor, Nusa Tenggara Timur (NTT) menjadi contoh kerukunan beragama di Indonesia. Meski berbeda agama, masyarakat di kawasan itu hidup rukun.

Tak hanya rukun, banyak rumah ibadah di sana dibangun dengan dana swadaya dan dikerjakan oleh umat Islam.

Umat Islam di Kalabahi membantu umat beda agama mendirikan gereja. Hal itu mereka lakukan dengan ikhlas.

Kerukunan masyarakat Kalabahi membuat Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin bangga. Saat berkunjung ke sana, Lukman menyampaikan apresiasi yang begitu tinggi kepada masyarakat Kalabahi.

baca juga : Kisah sejuk muslim bantu gereja PART 5 : Warga muslim di Pakistan ikut kerja bakti bangun gereja


"Saya sangat mengapresiasi para pekerja muslim yang membangun gereja ini," ujar Lukman, dikutip dari laman kemenag.go.id, (2/8/2015).

ukman mengatakan situasi masyarakat yang rukun seperti di Kalabahi jarang sekali ditemukan. Untuk itu, dia berharap situasi semacam ini dapat terus dipertahankan.

baca juga: Walau Muslim, Deddy Dores bantu bangun gereja
 
"Ini merupakan potret kerukunan yang luar biasa," ungkap Lukman.

sumber : Disini
[Continue reading...]

Selasa, 07 Juni 2016

Ade siti Barokah, WNI yang sedang menempuh Pasca Sarjana di Belanda, melaksanakan Tarawih di Pastoral

- 0 komentar
 

Cerita berlanjut. Masih ingat kan bagaimana saya disayangi seorang suster tua di Polandia yang membuatkan saya coklat panas dan biskuit, saat saya berteduh di katedral? Nah ketika tiba di Berlin, saya bertemu dengan Romo (pastor) asal Flores, Indonesia, yang sudah 16 tahun memimpin jemaat di Jerman sini.

Saya panggil beliau Romo Paskalis, pastor kepala di paroki ini. Beliau bukan orang baru buat saya. 

Kami pernah bertemu di Amerika ketika saya mendapat beasiswa dari pemerintah Amerika dan beliau juga sedang belajar di seminari di kota kecil dimana saya ditempatkan. Waktu itu saya dan mbak Yanti Linehan sempat menghadiri acara di seminari tersebut. 

Beliau sekarang kembali ke Jerman. Tapi saya sama sekali tidak tahu kalau beliau di Berlin. Setahu saya beliau di Dresden atau entah dimana. 

Adalah 'adikku' Frater Fransiskus yang menyambungkan kembali dengan Romo Paskalis. Betapa kagetnya saya ketika turun bus dari Polandia beliau sudah menunggu saya di stasiun bus :)

Niatnya, hari itu saya akan menginap di bandara karena pesawat saya sgt pagi. Daripada nginep di hostel mahal dan pagi kerepotan ke bandara mending nunggu pesawat di bandara kan seperti biasa? 😂 Tapi Romo tidak sependapat. 

Menurutnya terlalu risky untuk saya bermalam di sana. Lalu dengan sangat baik hati beliau meminta saya bermalam di pastoral. 

Melihat keraguan saya, beliau bilang, 'jangan khawatir. ada banyak kamar untuk para tamu (guest house) dan jangan dibayangkan hanya ada pastor di situ". 

Saya tersentuh. Siapalah saya ini? Mendapat penghormatan menginap di guesthouse tempat biasa uskup bermalam. 

Kawasan pastoral sangat indah, teduh dan luas. Ada gereja besar dan kapel kecil yg cantik. Kamar-kamar tamu cukup banyak: bersih dan wangi dengan linen, handuk dan peralatan mandi yg rutin diganti. 

"Itu ada minuman sekedarnya. Bila perlu untuk sahur jangan sungkan2. Di bawah ada dapur". 

Saya tercenung. Beliau tahu hari ini saya mulai puasa dan sebagai Muslim saya wajib menjalankannya.

Kamar para pastor ada di bawah, di lantai 1. Sedang guesthouse ada di lantai 3. Saya tak mau merepotkan mereka di pagi buta jadi saya menyiapkan sahur sebelum tidur. 

Dengan aplikasi di hp saya mencari arah kiblat dn bersiap menjalankan tarawih. Malam ini, shalat tarawih pertama di bulan suci saya dirikan di pastoral. 

Allah ada dimana-mana, di setiap jengkal tanahNya. Kebaikan ada dimana-mana. Saudara saya dimana-mana. Sungguh, saya adalah musafir yang beruntung.

Terima kasih Pastor Paskalis, Frater Fransiskus dan Pastor Edmundus Sonny untuk persaudaraan ini.

sumber: FB Ade siti barokah
[Continue reading...]

Sabtu, 04 Juni 2016

Pastor Yang Komentari Hukum Cambuk Aceh Ini Bikin Heboh

- 0 komentar

Pastore Gilbert tulis: Hahaha Aceh tetap merupakan Indonesia khan?? Seru juga, kalau semua daerah buat hukuman masing-masing yah!

 Pengesahan qanun jinayat yang diterapkan di Aceh telah menimbulkan kontroversi yang serius. Setelah sebelumnya Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo mengancam akan memangkas Perda Aceh tentang jilbab, kini giliran tokoh agama Pastor Gilbert Lumoindong ikut latah mengomentari masalah hukum cambuk yang diberlakukan di Aceh.

Lewat akun twitter miliknya Pastor Gilbert Lumoindong mendesak Presiden Joko Widodo untuk “menghapus” hukuman cambuk yang diberlakukan di wilayah Aceh.

Sebagaimana dilansir Intelejent, Desakan Pastor Gilbert tersebut menyikapi berita soal eksekusi hukum cambuk pada enam pemuda yang terbukti melanggar Qanun Jinayah tentang khamar atau minuman keras. Eksekusi digelar di Meunasah Gampong Rukoh, Syiah Kuala, Banda Aceh (01/03).

“Hahaha Aceh tetap merupakan Indonesia khan?? Seru juga, kalau semua daerah buat hukuman masing-masing,” tulis @PastorGilbert mengomentari pernyataan akun @huwietan. Sebelumnya @huwietan menulis: “Itu hukum hanya dilakukan di aceh.. Mungkin Bapen mo usulkan di Sulut ada hukum cambuk? Kalo bisa, cambuk model Romawi he..he.”

Pastor Gilbert juga menulis: “2016, masih ada hukuman cambuk???”

Hingga kini penerapan Syari’at Islam di Aceh memang penuh dengan kontroversi. Salah satunya adalah hukuman cambuk yang dikenakan bagi para pelanggarnya yang dianggap sangat merendahkan martabat manusia. Sebab, orang yang “disalahkan” juga ikut dipermalukan dihadapan publik, yang melihat hukuman cambuk ibarat “hiburan” di atas panggung.

Bahkan LSM seperti Kontras mengecam penerapan hukuman cambuk yang diterapkan di Serambi Mekkah itu. Menurutnya, hukuman yang diterapkan ini masuk kategori penyiksaan dan melanggar ketetapan pasal 16 dari Konvensi Menentang Penyiksaan, Badan HAM PBB.

Kepala Litbang Kontras, Papang Hidayat mengatakan bahwa sistem hukum ini tidak bisa desentralisasi, selama ini di Aceh hukum cambuk dianggap bukan pelanggaran HAM dan bukan penyiksaan, padahal yang menentukan harusnya badan HAM PBB, sesuai konvensi anti penyiksaan.

Secara eksplisit, lanjutnya, pasal ini melarang keras praktik penghukuman atau perlakuan kejam, tidak manusiawi, atau merendahkan martabat.

Atas cuitannya itu Pastor Gilbert pun mendapat kecaman dari para netizen yang kurang setuju dengan perkataan beliau. Bahkan ada netizen yang mengatakan Pastor Gilbert tak perlu repor-repot mengurusi keyakinan agama lain.

Tentunya setiap agama mempunyai cara masing-masing untuk memberikan hukuman terhadap orang-orang yang melanggar aturan agama. Setujukah kamu dengan Pastor Gilbert yang menentang hukum cambuk karena Indonesia negara pancasila?

sumber :disini

[Continue reading...]
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 
Copyright © . TAKUdaGEMA - Tak Kulihat dari Gereja Mana - Posts · Comments
Theme Template by BTDesigner · Powered by Blogger