Senin, 08 Agustus 2016

Rezim Penguasa Korut, Larang Salib Kristen dan Semua Produk Serupa


PYONGYANG - Petugas rezim Korea Utara merazia toko-toko yang menjual salib, simbol kekristenan, yang dahulu digunakan sebagai tempat Yesus dihukum oleh kaum Yahudi. 
Bahkan, seperti dilaporkan Daily Express, Sabtu (6/8/2016),  anak-anak sekolah pun harus berhati-hati ketika menulis “tambah” (+) saat belajar matematika agar tidak menyerupai salib.

Saking paranoid terhadap salib, semua produk yang menyerupai salib (dua barang yang bersilang), seperti dasi kupu-kupul, penjepit rambut, dan bando, serta motif baju, pun disita.

Tindakan tidak populer oleh rezim pemimpin muda Korut, Kim Jong Un, itu dilakukan sebagai upaya untuk memberhangus orang-orang Kristen dan kekristenan.

baca juga :  Takut Murtad, Warga Malaysia Larang Gereja Memasang Salib

Para pejabat pemerintah sudah dan sedang disebar untuk menyita salib dan semua barang yang menyerupai salib itu, termasuk label pada kertas atau gambar, yang dijual di toko.

“Siswa bahkan telah diberitahu untuk berhati-hati bagaimana mereka seharusnya menulis tanda “tambah” (+) matematis agar jangan sampai keliru seperti salib,” tulis media Inggris itu.

Alat penjepit pakaian dan rambut pun diperiksa, sebagai bagian dari tindakan tegas untuk meniadakan semua simbol agama Kristen itu.

Salah satu pedagang di Pyongyang mengatakan kepada Radio Free Asia, “Kami selalu berusaha untuk memastikan tidak ada karakter Korea pada label-label produk yang kami bawa dari China”.

“Sekarang kami diharuskan untuk mengecek ulang untuk memastikan bahwa tidak ada sesuatu yang terlihat seperti salib,” tambahnya.

baca juga : Pemerintah Tiongkok Larang Simbol Salib di Atap Gereja


“Beberapa desain pada pakaian wanita dapat terlihat seperti sebuah salib, tergantung pada siapa yang akan melihatnya,” katanya.

“Tanda-tanda salib juga tampak pada penjepit rambut, bando, dan dasi kupu-kupu pada pria,” kata pedagang itu yang merasa heran dengan sikap paranoid pejabat itu.

“Semua produk tersebut sangat mungkin disita selama ada sidak dari pejabat pemerintah,” ujarnya lagi.
Korut sejak awal telah dijuluki sebagai negara paling berbahaya di dunia bagi orang Kristen.

Rezim despotik Kim Jong Un dilaporkan telah menerapkan hukuman paling keras terhadap orang-orang Kristen.

Ribuan Kristen menghadapi penangkapan, penyiksaan, penjara dan hukuman mati.

Sejauh ini setidaknya 70.000 orang Kristen telah dijebloskan ke dalam tahanan atau masuk ke kamp kerja paksa di Korut karena mempertahankan iman dan keyakinannya.

Mereka bahkan dipaksa untuk mengingkari keyakinan untuk memuja berhala, atau akan disiksa hingga tewas.

Ada rupa-rupa kekerasan terhadap agama tersebut. Peningkatan kekerasann terhadap Kristen sejak Jong Un melarang tindikan dan pakaian bergaya Barat.

Lembaga karitas Open Doors mengatakan, lembaga karitas Kristen tetap bekerja di “bawah tanah” untuk menghindari tekanan dari rezim.

Media sulit mengonfirmasi pejabat berwenang di Pyongyang karena negara ini juga tertutup dan keras terhadap media serta melarang kegiatan jurnalistik  yang dinilai merugikan rezim.

sumber : disini

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 
Copyright © . TAKUdaGEMA - Tak Kulihat dari Gereja Mana - Posts · Comments
Theme Template by BTDesigner · Powered by Blogger