Selasa, 06 September 2016

"JANGAN SAMPAI HIDUPMU BERAKHIR DENGAN KE-SIA-SIAAN"



"JANGAN SAMPAI HIDUPMU BERAKHIR DENGAN KE-SIA-SIAAN"
•••••••

~ Seorang bapak berusia 65 tahunan duduk sendiri disebuah lounge bandara, menunggu pesawat yang ke Jogja.

Kami duduk bersebelahan, ia menyapa saya
“Dik hendak ke Jogja juga?”
“Ya saya ke Jogja pak, bapak ke Jogja?”
“Iya”
“Bapak sendiri?”
“Iya”, senyumnya datar, sambil menghela napas panjang
“Dik kerja dimana?”
“Saya serabutan,Pak”
sahut saya sekenanya.
“Serabutan tapi mapan, ya?” Ia tersenyum “Kalau saya mapan tetapi jiwanya serabutan”
Saya tertegun
“Kok begitu,Pak?”

Ia pun mengisahkan, istrinya telah meninggal setahun yang lalu.
Dia memiliki dua orang anak yang sudah besar-besar.
Yang sulung sudah mapan bekerja di Amsterdam.

Disebuah perusahaan farmasi terkemuka dunia. Yang bungsu, masih kuliah S2 di USA.

Ketika ia berkisah tentang rumahnya yang mentereng di kawasan elit Pondok Indah Jakarta, yang hanya dihuni olehnya seorang,

dikawani seorang satpam, 2 orang pembantu dan seorang sopir pribadinya, ia menyeka air matanya.

“Dik jangan sampai mengalami hidup seperti saya ya, semua yang saya kejar dari masa muda, kini hanyalah kesia-siaan. 

Tiada guna sama sekali dalam keadaan seperti ini. Saya tak tahu harus berbuat apa lagi.

Tetapi saya sadar, semua ini akibat kesalahan saya yang selalu memburu uang, uang, dan uang, sampai lalai mendidik anak-anak saya tentang nilai-nilai yang luhur.

Hal yang paling menyesakkan dada saya ialah saat menjelang meninggalnya istri saya karena sakit kanker rahim yang dideritanya, anak kami yang sulung hanya berkirim SMS bahwa ia tidak bisa pulang mendampingi akhir hayat mamanya karena sibuk, harus meeting dengan koleganya dari Swedia.

Sementara anak bungsu saya juga mengabari via WA bahwa ia sedang mid-test di kampusnya sehingga tidak bisa pulang juga”.

“Bapak, bapak yang sabar ya”.

Karena tidak ada kalimat lain yang bisa saya ucapkan selain itu.Ia tersenyum kecut

“Sabar..sudah saya jadikan lautan terdalam dan terluas untuk membuang segala sesal saya dik.."

Meski terlambat, saya telah menginsafi satu hal yang paling berharga dalam hidup saya, yakni "sangkan paraning dumadi"

Bukan materi sebanyak apapun, tetapi, dari mana dan hendak kemana kita akhirnya..

Saya yakin, hanya dari Allah dan kepada-Nya kita akan kembali.
Di luar itu, semua semu dan sia-sia.

~ Sama seperti apa yang dikatakan Salomo diakhir hidupnya di luar Tuhan.
(Pengkb.2:11)

Ketika aku meneliti segala pekerjaan yang telah dilakukan tanganku dan segala usaha yang telah kulakukan untuk itu dengan jerih payah, lihatlah, segala sesuatu adalah kesia-siaan dan usaha menjaring angin.

Adik bisa menjadikan saya contoh kegagalan hidup manusia yang merana di masa tuanya..”

Ia menepuk bahu saya saya, tiba-tiba teringat ayah saya. Spontan saya memeluk bapak tersebut..tak sadar menetes airmata..bapak tua tersebut juga meneteskan airmata..

Semua manusia hanya sedang menunggu "giliran" saja.
Manusia sama sekali tiada nilainya tanpa Tuhan.

Mari kita memohon kepada Tuhan untuk membimbing kita agar tidak tersesat dalam menjalani hidup ini, sebab di luar Tuhan, semuanya semu dan kesia-siaan.
(Kol.1:16)

karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi,
yang kelihatan
dan yang tidak kelihatan,
baik singgasana,
maupun kerajaan,
baik pemerintah,
maupun penguasa;
segala sesuatu diciptakan "oleh" Dia
dan "untuk" Dia.

"MANUSIA HANYA "COCOK" BUAT KEPENTINGAN TUHAN
(Bukan untuk "dunia" ini).
(Ef.5:15-17)

Karena itu, perhatikanlah dengan seksama,
bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif,
dan pergunakanlah waktu yang ada,
karena hari-hari ini adalah jahat.
Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan.

♡ Salam Kasih

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 
Copyright © . TAKUdaGEMA - Tak Kulihat dari Gereja Mana - Posts · Comments
Theme Template by BTDesigner · Powered by Blogger